Genjot Energi Bersih, PLN Buka Peluang Garap Pembangkit Nuklir

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Sep 2024, 09:31
Muslimin Trisyuliono
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
PLN terima kompensasi listrik sebesar Rp17,83 triliun untuk periode kuartal IV 2023 dari pemerintah PLN terima kompensasi listrik sebesar Rp17,83 triliun untuk periode kuartal IV 2023 dari pemerintah

Ntvnews.id, Jakarta - Indonesia terus menunjukkan komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dengan menjajaki opsi pemanfaatan energi bersih sebagai pengganti energi batu bara dan BBM yang mengakibatkan perubahan iklim sebagai dampaknya.

Mencermati energi terbarukan yang jumlahnya dipastikan tidak memadai di tahun 2060 sebagai kebutuhan energi di Indonesia, maka energi nuklir menjadi solusi sebagai pembangkit listrik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dalam rangka mendukung visi ini, seminar bertajuk "Indonesia Goes Nuclear: Technology Preparation and Human Resources Development" diselenggarakan di auditorium PLN.

"PLN sudah mengembangkan skenario hingga tahun 2040, mengakselerasi energi terbarukan dengan mengurangi batubara. Dalam skenario ini, termasuk menambah 75% sumber energi terbarukan, menambah 25% gas dan 2,4 GW energi nuklir," ujar Direktur Manajemen Resiko PLN, Suroso Isnandar dalam keterangannya, Selasa (3/9/2024).

Baca juga: Pembangunan Jalan Tol dan Jembatan di IKN Gunakan Ribuan Ton Limbah FABA PLN, Apa Itu?

Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk para akademisi dari beberapa kampus Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dewan Energi Nasional (DEN), Lembaga Kajian Nawacita (LKN) dan mengundang Rosatom, perusahaan energi nuklir global dari Rusia.

Delegasi dari Rosatom yang hadir ke seminar ini dipimpin langsung oleh Boris Arseev sebagai Director of the Development and International Business Rosatom.

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menginisasi pengembangan nuklir sejak tahun 1950-an pada era kepresidenan Bung Karno dan merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memasuki era nuklir dengan menerbitkan Keppres RI No. 230 Tahun 1954.

Hingga saat ini, Indonesia telah mengoperasikan tiga reaktor riset, yaitu Reaktor TRIGA 2000, Reaktor Kartini, dan Reaktor Serba Guna GA Siwabessy.

Presiden terpilih Indonesia periode 2024- 2029, Prabowo Subianto, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 31 Juli 2024 lalu di Kremlin, Rusia, menyatakan minatnya terhadap energi nuklir, khususnya Small Modular Reactor (SMR), dan membahas potensi kerjasama dengan Rusia melalui Rosatom.

Baca juga: Viral Petugas PLN Tewas Kesetrum Hingga Bergelantung di Atas Tiang Listrik

"PLN juga sudah memetakan pemanfaatan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir- red) di Indonesia. Untuk PLTN skala besar akan diemplementasikan di Indonesia bagian barat. Sementara, PLTN skala kecil (SMR) dikembangkan untuk wilayah Indonesia bagian timur," jelas Suroso.

Tren global saat ini menunjukkan pergeseran menuju pembangunan reaktor modular, dan BRIN telah mengambil langkah maju dengan mengembangkan desain Small Modular Reactor (SMR) bernama PELUIT 40. Reaktor ini memiliki kapasitas 40 megawatt dan mampu menghasilkan listrik serta memanfaatkan buangan uap panas untuk produksi hidrogen.

Menyikapi hal ini, Tri Mumpuni, pegiat energi rakyat yang menjadi moderator dalam seminar tersebut, menekankan pentingnya mempersiapkan para ilmuwan dan tenaga ahli nuklir di Indonesia.

"Untuk menghadapi Net Zero Emission 2060, kita perlu memanfaatkan teknologi nuklir yang aman dan dikelola dengan benar oleh para pakar. Indonesia membuka peluang kerjasama dengan negara-negara yang memiliki teknologi nuklir terdepan, khususnya Rusia, yang sudah membuktikan penguasaan yang terdepan dalam mengembangkan teknologi nuklir sebagai energi," kata Tri Mumpuni.

Baca juga: Profil Andi Arief, Politikus Partai Demokrat yang Diangkat Jadi Komisaris PLN

Rusia telah menawarkan peluang pendidikan dan pelatihan kepada intelektual nuklir Indonesia, bahkan mencakup bidang-bidang yang sangat spesifik secara teknis, seperti welding, composite, CNC, dan robotics, yang merupakan komponen penting dalam implementasi teknologi nuklir.

"Tawaran belajar dan pelatihan dari Rusia harus kita terima dengan tangan terbuka. Ketulusan mereka sebagai sahabat untuk membantu Indonesia merupakan hal positif yang harus segera ditindaklanjuti. Sekali lagi kita yakinkan, nuklir untuk energi itu aman. Kesempatan ini harus kita manfaatkan dengan baik agar kita memiliki SDM yang siap mengelola energi nuklir secara aman dan efektif, sehingga pada saat Indonesia melangkah menuju pemakaian energi nuklir sebagai bangsa, kita punya modal manusia yang siap” tambah Tri Mumpuni.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan energi nuklir di Indonesia adalah membangun kepercayaan publik bahwa energi nuklir aman dan dapat dikelola dengan baik oleh para ahli. Seminar ini bertujuan untuk menambah khazanah pengetahuan yang akurat dan membuka wawasan masyarakat tentang manfaat serta keamanan energi nuklir.

Seminar "Indonesia Goes Nuclear: Technology Preparation and Human Resources Development" ini merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan energi nuklir sebagai bagian integral dari strategi nasional Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission 2060.

Kolaborasi dengan negara-negara berteknologi nuklir maju, seperti Rusia, dan pengembangan SDM Indonesia yang unggul menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan visi ini.

Halaman
x|close