Mengulik Lebih Dalam ‘Online Lending’ Sebagai Katalis Inklusi Keuangan di Indonesia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Nov 2024, 23:12
Deddy Setiawan
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi. Perancis bakal keluar dari daftar 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dalam l Ilustrasi. Perancis bakal keluar dari daftar 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dalam l

Ntvnews.id, Jakarta - Kehadiran layanan pinjaman daring atau online lending yang dikenal dengan istilah Pinjaman Daring (PINDAR) menjadi salah satu terobosan yang berhasil mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Sebagai bagian dari sektor teknologi finansial (fintech), PINDAR memberi akses pembiayaan yang lebih cepat dan mudah kepada masyarakat, khususnya yang sebelumnya belum tersentuh oleh layanan perbankan tradisional.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2023, lebih dari 90 juta orang Indonesia masih tergolong unbanked atau belum memiliki akses ke layanan perbankan formal, yang menunjukkan potensi besar peran PINDAR dalam mengatasi kesenjangan keuangan di negeri ini.

Dengan proses digital yang meminimalisir persyaratan dokumen dan memungkinkan verifikasi yang lebih cepat, PINDAR mampu menyediakan solusi finansial instan bagi masyarakat. Data OJK mencatat, hingga Oktober 2024, terdapat 102 perusahaan peer-to-peer (P2P) lending yang terdaftar dan diawasi, dengan total penyaluran pinjaman mencapai Rp 500 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap pinjaman daring sebagai sarana pembiayaan alternatif yang lebih fleksibel.

Mengatasi Keterbatasan Akses Bank

PINDAR memiliki peran signifikan dalam menjangkau masyarakat yang belum memiliki akses ke bank, terutama di daerah terpencil. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) melaporkan bahwa sekitar 70% dari total usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menghadapi kesulitan dalam memperoleh pembiayaan dari lembaga perbankan. Dengan hadirnya PINDAR, UMKM dapat memperoleh dana dengan proses yang lebih sederhana.

Menurut data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), hingga tahun 2024, sekitar 80% peminjam di platform PINDAR berasal dari pelaku UMKM. Pinjaman ini bukan hanya digunakan untuk modal usaha, tetapi juga untuk membiayai kebutuhan sehari-hari seperti pendidikan dan kesehatan.

Hal ini menunjukkan bahwa PINDAR mampu berperan sebagai solusi finansial yang relevan untuk kebutuhan mendesak, terutama di daerah-daerah di mana akses ke layanan perbankan sulit dijangkau.

Selain itu, Bank Dunia mencatat bahwa tingkat inklusi keuangan di Indonesia naik dari 36% pada 2014 menjadi 76% pada 2022, sebagian besar didorong oleh penetrasi layanan keuangan digital seperti PINDAR. Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses layanan keuangan dasar melalui teknologi, termasuk layanan pinjaman daring.

Kemudahan Proses dan Fleksibilitas Persyaratan

Salah satu keunggulan utama dari layanan PINDAR adalah kemudahan proses pengajuan dan fleksibilitas persyaratan. Peminjam hanya perlu melengkapi data pribadi dan identifikasi diri melalui aplikasi, dan proses verifikasi dapat diselesaikan dalam hitungan jam atau bahkan menit. Berbeda dengan perbankan konvensional yang seringkali memerlukan dokumen tambahan dan waktu verifikasi lebih lama, PINDAR menawarkan solusi yang lebih cepat.

Sebagai contoh, platform P2P lending terkemuka di Indonesia, seperti Modalku, Kredivo, dan KoinWorks, telah mengembangkan metode scoring kredit berbasis data digital, yang memungkinkan pemberian pinjaman bagi peminjam yang tidak memiliki riwayat kredit di bank.

Inovasi ini memungkinkan pelaku UMKM dan masyarakat umum untuk mendapatkan akses pinjaman tanpa harus menghadapi prosedur yang rumit. AFPI mencatat, pada tahun 2023, 60% peminjam PINDAR tidak memiliki riwayat kredit sebelumnya, menunjukkan betapa pentingnya peran PINDAR dalam menjangkau masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh bank.

Tantangan yang Dihadapi PINDAR

Namun, PINDAR juga menghadapi sejumlah tantangan dalam mendukung inklusi keuangan. Salah satunya adalah literasi keuangan yang masih rendah di kalangan masyarakat.

Menurut survei OJK pada 2022, tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 49,68%. Hal ini berarti banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami risiko dan manfaat layanan keuangan digital, termasuk PINDAR.

Selain itu, infrastruktur digital yang belum merata juga menjadi kendala tersendiri, terutama di daerah-daerah pedesaan. Banyak masyarakat di wilayah terpencil yang masih kesulitan mengakses layanan PINDAR karena keterbatasan akses internet dan perangkat digital. Hal ini menghambat penetrasi PINDAR di daerah yang paling membutuhkan layanan ini.

Risiko lain yang dihadapi PINDAR adalah masalah keamanan data dan potensi penyalahgunaan informasi pribadi. Maraknya kasus penipuan online dan penyalahgunaan data di platform digital menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, yang dapat memengaruhi kepercayaan mereka terhadap layanan pinjaman daring. Untuk mengatasi hal ini, OJK telah mengeluarkan regulasi ketat mengenai perlindungan data pribadi dan keamanan transaksi di platform P2P lending.

Dukungan Pemerintah dan Regulator

Untuk memperkuat peran PINDAR dalam inklusi keuangan, pemerintah Indonesia bersama OJK telah mengeluarkan berbagai regulasi yang mendukung pertumbuhan sektor fintech yang aman dan bertanggung jawab. OJK juga melakukan pengawasan ketat terhadap perusahaan fintech dengan mewajibkan registrasi dan perizinan untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan standar yang berlaku.

Dalam beberapa tahun terakhir, OJK juga memperkenalkan kebijakan anti-pencucian uang (AML) dan know your customer (KYC) yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan layanan PINDAR. Program Fintech Literacy yang diadakan oleh OJK dan AFPI bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang layanan keuangan digital dan mengedukasi mereka tentang cara menggunakan layanan pinjaman daring dengan aman.

Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan perusahaan fintech untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Program edukasi ini mencakup penyuluhan mengenai hak dan kewajiban peminjam, serta cara menghindari penipuan online yang berkedok layanan pinjaman daring. Hal ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan PINDAR dengan aman dan bijaksana.

Mendorong Ekonomi Melalui Pinjaman Daring

Salah satu dampak positif dari PINDAR adalah peningkatan ekonomi masyarakat, terutama di sektor UMKM. Berdasarkan data Kemenkop UKM, UMKM menyumbang sekitar 60,3% dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Dengan akses yang lebih mudah ke pembiayaan melalui PINDAR, UMKM dapat mengembangkan usahanya dan berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Misalnya, seorang pengusaha kecil di daerah Sumatera Utara berhasil mengembangkan bisnis kerajinan tangan setelah mendapatkan pinjaman dari platform P2P lending. Pinjaman tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas jaringan pemasaran, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan usahanya secara signifikan. Cerita sukses seperti ini menunjukkan bagaimana PINDAR berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor usaha mikro dan kecil.

Masa Depan PINDAR dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Meski menghadapi tantangan, masa depan PINDAR di Indonesia diprediksi akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan keuangan digital. Menurut laporan dari Mordor Intelligence, pasar fintech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 16,3% hingga tahun 2028. Pertumbuhan ini didorong oleh penetrasi smartphone yang semakin luas dan dukungan dari pemerintah terhadap digitalisasi ekonomi.

Di masa depan, PINDAR diharapkan dapat bekerja sama dengan perbankan tradisional untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif. Dengan adanya kolaborasi antara fintech dan bank, diharapkan semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati layanan keuangan yang aman, mudah, dan terjangkau. Inovasi teknologi seperti open banking dan penggunaan teknologi blockchain juga diperkirakan akan memperluas akses keuangan, sehingga inklusi keuangan dapat tercapai secara merata.

Pada Akhirnya…

Peran PINDAR dalam mendukung inklusi keuangan di Indonesia semakin kuat seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan akses keuangan. Dengan regulasi yang tepat dan dukungan dari pemerintah, PINDAR diharapkan dapat terus mendorong inklusi keuangan, membuka peluang ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Meskipun ada tantangan yang dihadapi, kolaborasi antara pemerintah, OJK, dan pelaku industri fintech akan memastikan bahwa layanan pinjaman daring dapat berkembang secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

 

x|close