IHSG Awal Tahun Dibuka Menguat, Rupiah Merosot ke Rp16.203 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Jan 2025, 10:27
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Pegawai memotret layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/4/2023). Pegawai memotret layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/4/2023). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom/aa.)

Ntvnews.id, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis 2 Januari 2025 diperkirakan bergerak menguat terbatas seiring optimisme adanya January Effect.

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 29,36 poin atau 0,41 persen ke posisi 7.109,26.

Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,52 poin atau 0,43 persen ke posisi 830,17.

"Pada awal tahun 2025 ini, IHSG diperkirakan bergerak menguat terbatas," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya.

Baca juga: Sejak 2023, Serangan Israel ke Gaza Tewaskan 1.100 Bayi

Dari dalam negeri, pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12 persen.

Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023.

Pelaku pasar akan disuguhi sentimen penting pada sesi perdagangan perdana 2025, diantaranya data inflasi dan Purchasing Manager Indexs (PMI) Indonesia yang merupakan indikator penting ekonomi.

Konsensus memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode Desember 2024 akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan sebesar 0,47 persen month to month (mtm) dan 1,61 persen year on year (yoy).

Baca juga: Diskon Tarif Listrik 50 Persen, Masyarakat Keluhkan Sulit Akses PLN Mobile

Pada hari ini juga, akan terdapat rilis data PMI Manufaktur Indonesia periode Desember 2024 yang diperkirakan akan berada di zona ekspansi, apabila terjadi, menjadi pertama kali sejak lima bulan beruntun berada di zona kontraksi.

Dari mancanegara, untuk 2025, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas 50 basis poin.

Pelaku pasar diperkirakan akan mencermati valuasi yang tinggi dan ketidakpastian seputar kebijakan pajak dan tarif dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.

Investor kini menunggu katalis baru untuk menggerakkan harga indeks. January effect menjadi salah satu yang diharapkan akan terjadi di 2025

Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) cemerlang sepanjang 2024 karena didorong oleh performa dari sektor teknologi.

Meskipun tidak mengalami Santa Claus rally dan ditutup dalam zona pelemahan harian pada akhir tahun, Wall Street berhasil menunjukkan performa ciamik yang didorong oleh perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).

Baca juga: Menteri HAM Natalius Pigai Ngaku Tak Punya Istri Tapi Punya 3 Pacar

Pada akhir perdagangan Selasa (31/12), indeks S&P 500 turun 25,14 poin, atau 0,43 persen, dan ditutup pada level 5.881,80 poin, sementara Nasdaq Composite turun 175,99 poin, atau 0,90 persen ke posisi 19.310,79, Sementara, Dow Jones Industrial Average turun 28,46 poin, atau 0,07 persen menjadi 42.545,27

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 38662 poin atau 0,00 persen ke level 39.894,54, indeks Shanghai melemah 28,62 poin atau 0,85 persen ke posisi 3.323,14, indeks Kuala Lumpur menguat 7,79 poin atau 0,47 persen ke posisi 1.634,49, dan indeks Straits Times menguat 0,74 poin atau 0,02 persen ke 3.786,55.

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (2/1) melemah 71 poin atau 0,44 persen menjadi Rp16.203 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.132 per dolar AS.

x|close