Ntvnews.id, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 6.348 laporan anak muda berusia 26-35 tahun yang terjerat pinjaman online (Pinjol) ilegal.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (PEPK) OJK Friderica Widyasari Dewi menjelaskan, data tersebut berasal dari pengaduan yang diterima Satgas Pasti pada 2024.
"Dari data pengaduan yang diterima Satgas Pasti tahun 2024, terkait pinjol ilegal terdapat 6.348 aduan yang berasal dari masyarakat berusia 26-35 tahun," ucap Friderica dalam keterangannya dikutip, Jumat 17 Januari 2025.
Lebih lanjut, Friderica menyampaikan keprihatinan terhadap angka anak muda terjerat pinjol ilegal.
Baca juga: Deretan Menteri Juga Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Evaluasi MBG
Menurutnya hal ini cukup mengkhawatirkan karena pada usia rentang tersebut sudah menggunakan pinjol ilegal.
Selain itu, maraknya judi online juga perlu diwaspadai karena sangat merusak tatanan kehidupan apalagi kalau suda kecanduan.
"Judol ini sangat mudah dibuat dan bisa dekat kepada anak-anak muda melalui aplikasi seperti game online dan sarana aktivitas dunia digital lainnya," ungkapnya.
Selain itu, Friderica menyebut tantangan anak muda lainnya adalah rentan terkena Fomo (Fear of missing out), Fopo (fear of other people’s opinions), dan Yolo (you only live once) yang dapat mempengaruhi peengambilan keputusan keuangan menjadi kurang bijak.
"Anak muda menjadi rentan terjerat kejahatan keuangan digital tanpa bekal pengetahuan keuangan yang cukup," jelas Friderica.
Baca juga: Apa Itu Aplikasi Xiaohongshu alias RedNote Buatan China yang Sedang Viral di Amerika
"Hal tersebut menjadi latar belakang mengapa diperlukan upaya bersama dari pemerintah maupun stakeholders terkait untuk meningkatkan literasi keuangan secara masif dan menyeluruh," sambungnya.
Friderica mengimbau untuk masa depan anak muda yang lebih cerah untuk memulai kebiasaan-kebiasan baik mengelola keuangan antara lain memaksakan diri untuk menyisihkan penghasilan kita untuk menabung atau berinvestasi.
"Yang paling penting adalah bisa membedakan yang mana keinginan dan kebutuhan," tandasnya.