Ntvnews.id, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal IV 2024 menurun.
Adapun posisi ULN Indonesia pada kuartal IV 2024 tercatat sebesar 424,8 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal III 2024 yang tercatat sebesar 428,1 miliar dolar AS.
Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 4 persen (yoy), melambat dibandingkan 8,3 persen (yoy) pada kuartal III 2024.
"Penurunan posisi ULN tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta. Perkembangan posisi ULN triwulan IV 2024 juga dipengaruhi oleh faktor penguatan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah," ucap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin 17 Februari 2025.
Baca juga: 7 Pati TNI Pecah Bintang, Ada Jenderal Pasukan Elite yang Jago Tembak
Ramdan menyebut ULN pemerintah mencatat penurunan. Posisi ULN pemerintah pada kuartal IV 2024 tercatat sebesar 203,1 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi kuartal III 2024 sebesar 204,1 miliar dolar AS.
Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh melambat menjadi 3,3 persen (yoy) dari 8,4 persen (yoy) pada kuartal III 2024. Penurunan posisi ULN pemerintah bersumber dari turunnya posisi surat utang dipengaruhi penguatan mata uang dolar AS.
Sementara itu, pinjaman luar negeri dan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan domestik masih mencatat net inflow seiring tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara pruden, terukur, dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal.
Baca juga: Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Tembus Rp6.805 Triliun
Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan pengelolaan ULN.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 20,8 persen dari total ULN pemerintah.
Kemudian administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 19,7 persen; Jasa Pendidikan sebesar 16,7 persen; Konstruksi sebesar 13,4 persen; serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar9 persen.
"Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah," jelas Ramdan.
Tak hanya itu, ULN swasta juga menurun. Pada kuartal IV 2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar 194,1 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi triwulan III 2024 sebesar 196,3 miliar dolar AS.
Baca juga: Pj Gubernur DKI Dorong Jakarta Jadi Pusat Industri Busana Berdaya Saing Global
Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,2 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan 0,6 persen (yoy) pada kuartal III 2024.
Perkembangan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen (yoy) dan 2,1 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 79,5 persen dari total ULN swasta.
ULN swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,7 persen terhadap total ULN swasta.