Ntvnews.id, Jakarta - Wabah serupa pernah terjadi pada September 2024 dan awalnya disebut sebagai "Penyakit X" sebelum akhirnya diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kombinasi beberapa penyakit pernapasan akut akibat malaria dan malnutrisi.
Dilansir dari DW, Kamis, 6 Maret 2025, Wabah terbaru ini kemungkinan disebabkan oleh patogen yang sama, tetapi diperlukan waktu untuk memastikan penyebabnya secara akurat. Kontaminasi racun juga diduga menjadi salah satu faktor pemicunya.
Situasi Terkini di Kongo
Lebih dari 1.000 kasus telah dilaporkan di Provinsi Equateur, Kongo, dengan tambahan 141 kasus di zona kesehatan kota Basankusu. Wabah ini bermula pada awal Februari dengan 158 kasus dan 58 kematian.
Sebelumnya, pada Januari, desa Bolamba mencatat 12 kasus dengan delapan korban meninggal.
Hasil Awal Pengujian
Otoritas kesehatan Kongo dan tim WHO masih menyelidiki penyebab penyakit dan kematian yang terjadi.
Pengujian laboratorium awal menunjukkan bahwa penyakit ini bukan Ebola atau Marburg. Namun, setengah dari pasien yang diuji dinyatakan positif malaria.
Baca Juga: Virus Marburg yang Mematikan Kini Sudah Tewaskan 9 Orang
Margaret Harris, juru bicara WHO, mengungkapkan bahwa pengambilan sampel sebelumnya kurang optimal, sehingga dua ahli epidemiologi WHO telah dikirim ke lokasi untuk memastikan pengambilan sampel yang lebih baik dan membawanya ke laboratorium di Kinshasa.
Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan meningitis atau kontaminasi racun. Direktur keadaan darurat WHO, Mike Ryan, bersama otoritas kesehatan setempat, mendukung teori bahwa kontaminasi racun mungkin menjadi penyebab utama.
"Ada indikasi kuat bahwa kami mendeteksi gejala keracunan," ujar Ryan dalam konferensi pers.
Apakah Penyebab Wabah Sudah Diketahui?
Penyebab pasti penyakit ini masih belum bisa dipastikan. Selain itu, belum jelas apakah wabah yang terjadi di berbagai wilayah memiliki keterkaitan satu sama lain.
Laporan awal menyebutkan bahwa kasus pertama muncul pada sekelompok anak-anak yang mungkin mengonsumsi kelelawar. Meskipun demikian, hal ini belum dikonfirmasi sebagai pemicu wabah.
Baca Juga: Virus Marburg Diduga Sebabkan 8 Warga Tanzania Meninggal
Kelelawar diketahui sebagai inang berbagai virus dan patogen penyebab penyakit. Oleh karena itu, para ahli kesehatan global menyarankan agar masyarakat menghindari kontak dengan hewan yang telah mati.
Dua desa yang terdampak, Basankusu dan Bolomba, berjarak sekitar 186 kilometer. Masih belum jelas apakah kedua wilayah ini mengalami wabah yang sama atau memiliki penyebab yang berbeda.
Gejala Penyakit Misterius
Menurut laporan terbaru WHO, penyakit ini memiliki berbagai gejala, termasuk:
- Demam
- Sakit kepala
- Menggigil dan berkeringat
- Kekakuan leher
- Nyeri otot, sendi, dan tubuh
- Batuk
- Muntah
- Diare
Banyaknya variasi gejala ini memperluas kemungkinan diagnosis, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut terhadap sampel biologis pasien untuk mengetahui penyebab pasti penyakit ini.
Beberapa ahli menduga bahwa penyakit ini mungkin merupakan kombinasi dari beberapa patogen. Fakta bahwa separuh pasien yang diuji dinyatakan positif malaria menjadi petunjuk penting bagi otoritas kesehatan. Namun, WHO dan tim lokal masih terus mengumpulkan serta menganalisis lebih banyak sampel guna mempersempit kemungkinan penyebabnya.
"Tes laboratorium tidak selalu 100% akurat. Dengan peningkatan jumlah pengujian, kita akan dapat mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit ini," kata Michael Head, ahli epidemiologi dari University of Southampton, Inggris.
Kemungkinan Penyebaran Wabah
Keterbatasan infrastruktur kesehatan di Kongo menimbulkan kekhawatiran bahwa penyakit ini bisa menyebar lebih luas. Seperti halnya wabah infeksi saluran pernapasan akibat malaria pada tahun 2024, faktor malnutrisi dan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan tingkat kematian.
Meski demikian, otoritas kesehatan setempat memiliki pengalaman dalam menangani wabah seperti Mpox dan Ebola dalam beberapa tahun terakhir. Michael Head menyarankan agar pengalaman ini dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan infrastruktur dalam menangani epidemi penyakit menular.
Jika ternyata wabah ini disebabkan oleh patogen baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya, maka otoritas kesehatan perlu segera meningkatkan langkah-langkah pencegahan, mengendalikan penyebarannya, dan menentukan metode penularannya.