Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membantah anggapan bahwa industri yang bergantung pada impor tinggi mengalami tekanan akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Setelah menghadiri rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, Airlangga menjelaskan bahwa perusahaan yang mengandalkan impor bahan baku memiliki strategi sendiri untuk menghadapi fluktuasi mata uang.
"Enggak, kebutuhan impor yang tinggi tentu mereka kan bisa melihat timing, dan biasanya kontrak, belum tentu support," ujar Airlangga saat menjawab pertanyaan mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap industri.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Respons Airlangga dan Sri Mulyani
Ia menambahkan bahwa banyak perusahaan melakukan pengadaan bahan baku melalui kontrak jangka panjang, sehingga dampak pelemahan rupiah terhadap biaya produksi tidak terjadi secara langsung.
"Biasanya kan pengadaan bahan bakunya berbasis kontrak juga," katanya.
Airlangga menegaskan bahwa sektor industri memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi, termasuk pergerakan nilai tukar rupiah. Pemerintah juga terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi agar aktivitas dunia usaha tetap berjalan dengan baik.
Mengenai penyebab pelemahan rupiah, Airlangga menyebut faktor eksternal masih berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang.
Baca Juga: Airlangga: Prabowo Instruksikan Deregulasi untuk Tingkatkan Daya Saing Industri Padat Karya
"Ya kan kita sudah melihat, tentu masih ada beberapa faktor sentimental luar," katanya lagi.
Meski rupiah sempat melemah cukup tajam, Airlangga tetap optimistis terhadap pemulihan pasar keuangan.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan sebesar 8 poin atau 0,05 persen.
Pada awal perdagangan Rabu pagi di Jakarta, rupiah menguat menjadi Rp16.604 per dolar AS setelah sebelumnya melemah ke level Rp16.612 per dolar AS.