Airlangga Sebut Bank Emas Langkah Tepat: Kita Punya Daya Tahan yang Kuat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Apr 2025, 15:45
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan diluncurkannya bank emas atau bullion bank di Indonesia merupakan langkah yang tepat.  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan diluncurkannya bank emas atau bullion bank di Indonesia merupakan langkah yang tepat.

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan diluncurkannya bank emas atau bullion bank di Indonesia merupakan langkah yang tepat.  

Menurutnya emas menjadi satu-satunya komoditas yang harganya terus naik di tengah imbas tarif resiprokal atau timbal balik yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Satu-satunya yang naik ini adalah emas, jadi Pak Presiden launching bullion tepat waktu, karena ini menjadi komoditas yang recession proof. Safe haven itu ada dua, dolar dan emas dan kita punya emas, jadi kita punya daya tahan yang kuat," ucap Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Selasa, 8 April 2025.

Lebih lanjut, Airlangga menyebut kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump telah berdampak pada pergerakan harga sejumlah komoditas, seperti minyak, batu bara, gandum hingga minyak sawit (CPO).

Baca juga: Airlangga Sebut AS Minta Waktu Tindak Lanjuti Negosiasi Tarif Impor

"Nah akibat daripada Trump 2.0 ini beberapa komunitas turun, jadi kalau kita lihat crude oil turun hampir 30 persen, brent juga turun 28 persen sehingga angkanya di angka 60 dolar AS, batu bara turun ke 24 persen ke angka 97 dolar AS," ungkap Airlangga.

"Kedelai turun, gandum turun, CPO turun dan harga beras turun. Jadi seluruh komunitas turun artinya demand ini akan menahan," sambungnya.

Seperti diketahui, Presiden Donald Trump meluncurkan tarif minimum 10 persen untuk sebagian besar barang yang diimpor ke Amerika Serikat dan bea masuk lebih tinggi pada produk dari puluhan negara.

Dalam hal ini, Indonesia juga menjadi korban perang dagang dengan kenaikan tarif impor 32 persen.

Baca juga: Warga Depok Ditemukan Tewas Mengenaskan di Kali Anyar Solo, Diduga Dibunuh

Namun Indonesia bukan satu-satunya negara Asia Tenggara yang jadi korban.

Trump juga menerapkan tarif impor ke Vietnam, Thailand, Malaysia, Kamboja dengan masing-masing tarif 46 persen, 36 persen, 24 persen dan 49 persen.

x|close