Ntvnews.id, Jakarta - Kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, lewat penerapan tarif sebesar 10% atau bahkan lebih tinggi diumumkan pada hari Rabu lalu. Sebanyak sekitar 160 negara, termasuk Indonesia dan sejumlah pulau kecil di Samudra Hindia, terdampak oleh kebijakan ini.
Namun ternyata, tidak semua negara masuk dalam daftar yang dikenakan tarif oleh Trump. Salah satu yang tidak tercantum adalah Rusia.
Rusia, yang dikenal sebagai salah satu rival utama Amerika Serikat, tidak dimasukkan ke dalam daftar negara yang dikenai tarif dasar 10%. Fakta ini cukup mengejutkan komunitas internasional, meskipun Trump memang selama ini menunjukkan pendekatan yang ramah terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Media Amerika Serikat, Axios, mengutip pernyataan dari Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt. Ia menyatakan bahwa pengecualian terhadap Rusia terjadi karena sanksi Amerika Serikat yang telah lebih dulu diberlakukan terhadap negara tersebut, “yang menghalangi perdagangan”.
Baca Juga: Nissan Rencanakan Pindahkan Produksi ke AS sebagai Antisipasi Tarif Trump
Memang, sanksi besar-besaran telah dijatuhkan AS kepada Rusia menyusul invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina pada 2022. Namun, Trump diketahui mengambil pendekatan yang lebih lunak terhadap Putin dibandingkan dengan pendahulunya, Joe Biden.
Trump menjadikan upaya mengakhiri konflik sebagai prioritasnya. Bahkan, menurut BBC, seorang pejabat senior dari Rusia dikabarkan berada di Washington pekan ini untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS, dalam rangka melanjutkan negosiasi menuju kesepakatan damai.
"Tidak ada tarif yang dikenakan pada Rusia, tetapi itu bukan karena perlakuan khusus. Itu hanya karena sanksi Barat sudah diberlakukan terhadap negara kami," kata klaim lama Rusia, Rossiya 24 TV, yang dikelola pemerintah.
Baca Juga: Tarif Trump Bikin Kram
Jika merujuk data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, tercatat bahwa pada tahun 2024, AS mengimpor barang senilai US$3,5 miliar (sekitar Rp57 triliun) dari Rusia. Data Trading Economics menunjukkan bahwa impor tersebut sebagian besar terdiri dari pupuk, bahan bakar nuklir, serta berbagai jenis logam.
Angka tersebut bahkan lebih besar dari nilai impor AS terhadap beberapa negara lain yang dikenai tarif, seperti Fiji, Paraguay, dan Albania. Di sisi lain, Ukraina yang menjadi musuh Rusia justru masuk dalam daftar tarif baru Trump sebesar 10% terhadap produk ekspornya ke AS. Padahal menurut wakil perdana menteri Ukraina, pada tahun 2024, Ukraina mengekspor barang senilai US$874 juta ke Amerika dan mengimpor hingga US$3,4 miliar dari AS.
Negara Lain yang Tak Kena Tarif?
Selain Rusia, beberapa negara lain juga dikecualikan dari daftar tarif impor. Negara-negara tersebut antara lain Kuba, Belarus dan Korea Utara (Korut).