Ntvnews.id
"Menurut saya ini hal yang biasa aja, jangan juga ditanggapi serius seperti dunia ini sudah mau berakhir," ujar Bahlil saat memberikan sambutan dalam acara Halal Bihalal Partai Golkar di Jakarta, Rabu, 16 April 2025.
Ia menilai dinamika seperti ini kerap terjadi dan merupakan bagian dari proses kompromi, sebagaimana yang pernah ia alami saat masih aktif sebagai pengusaha dan pengurus HIPMI. Menurutnya, Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, sengaja membuat gerakan tambahan agar para pihak mau berkompromi.
"Karena kalau disuruh datang baik-baik, nggak mau datang. Buat dulu gerakan tambahan, habis itu orang datang," jelasnya sambil tersenyum.
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Antisipasi Tarif Impor Trump
Bahlil juga mengungkapkan bahwa kenaikan tarif impor yang ingin diterapkan Amerika Serikat terhadap Indonesia hingga 32 persen, tak lepas dari defisit neraca perdagangan antara kedua negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu merancang strategi untuk menyeimbangkan neraca dagang.
Ia menambahkan, sektor energi dan sumber daya mineral bisa menyumbang kontribusi besar terhadap perbaikan neraca perdagangan, dengan potensi sebesar US$10 hingga 14 miliar. Namun, upaya tersebut perlu didukung oleh semangat pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya melalui program hilirisasi yang tengah digencarkan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
"Nah, di sinilah Gokar memainkan peran sebagai bagian daripada pemerintah untuk bisa mengimplementasikan," tutur Bahlil.
Ia meyakini, dengan mendorong hilirisasi industri, Indonesia tak hanya mampu membuka lebih banyak lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperkuat posisi negara sebagai pasar potensial di kancah global.
"Dan regulasi kita memang kita harus mampu melakukan sesuatu yang baik," pungkasnya.
(Sumber: Antara)