LG Mundur dari Indonesia, Menperin Agus Gumiwang Sebut Tak Perlu Khawatir

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Apr 2025, 12:15
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, meskipun LG Energy Solution menarik diri dari investasi proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia, hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, telah ada mitra baru asal China yang siap menggantikan dan melanjutkan investasi tersebut. 

“Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia,” ujar Agus dalam penjelasan resminya di Jakarta pada, Minggu, 27 April 2025. 

Menteri Perindustrian memastikan bahwa pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia akan terus berlanjut sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya perusahaan-perusahaan yang sudah mulai memproduksi komponen penting di dalam negeri.

Saat ini, dua perusahaan telah aktif memproduksi baterai untuk motor listrik.
 
Baca juga: LG Keluar Konsorsium Baterai EV, Menperin Buka Suara

PT Industri Ion Energisindo, yang memiliki batasan produksi 10.000 baterai dalam per tahun, telah diinvestasikan Rp18 miliar, sementara PT Energi Selalu Baru menghasilkan 12.000 baterai per tahun dengan investasi Rp15 miliar.

Di sektor kendaraan roda empat, Indonesia juga telah menjadi rumah bagi dua perusahaan besar: PT HLI Green Power, hasil kolaborasi antara Hyundai Group dan LG, yang memproduksi sel baterai dengan kapasitas tahap pertama mencapai 10 GWh dan total investasi USD1,1 miliar.

Selain itu, PT Hyundai Energy Indonesia juga turut berperan dengan kapasitas produksi 120.000 pack baterai kendaraan listrik, didukung dengan investasi sebesar Rp674 miliar.

Angka-angka ini mencerminkan bagaimana ekosistem kendaraan listrik di Indonesia terus berkembang pesat, dengan jumlah kendaraan listrik yang diproyeksikan mencapai 207 ribu unit pada 2024, naik 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 116 ribu unit.

Tren positif ini menunjukkan bahwa pengembangan kendaraan listrik di Indonesia terus melaju lebih cepat daripada permintaan pasar, mengukuhkan negara ini sebagai pemain utama dalam ekosistem kendaraan hijau. 

"Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” ungkapnya.

Pemerintah tetap teguh pada target produksi kendaraan listrik pada tahun 2030, yang mencakup 9 juta unit untuk segmen roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit untuk segmen mobil dan bus.

Dengan target tersebut, diharapkan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 21,65 juta barel, setara dengan pengurangan emisi CO2 hingga 7,9 juta ton secara keseluruhan.

Saat ini, Indonesia telah menjadi pusat produksi kendaraan listrik, dengan 63 perusahaan sepeda motor yang memproduksi hingga 2,28 juta unit per tahun. 

Baca juga: Wayan Koster Siap Dipanggil Kemenperin Soal Larangan Air Minum Kemasan di Bali

Di sektor mobil listrik, sembilan perusahaan berkontribusi dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 70.060 unit dan total investasi sebesar Rp4,12 triliun. Selain itu, tujuh perusahaan juga memproduksi bus listrik dengan kapasitas produksi 3.100 unit per tahun dan total investasi Rp0,38 triliun.

Perkembangan ini semakin memperkuat Indonesia sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik, mendukung pengurangan emisi, dan mendorong terciptanya masa depan yang lebih ramah lingkungan.

“Jadi, keseluruhan investasi tersebut Rp5,63 triliun. Investasi ini yang perlu kita jaga, karena membawa multiplier effect bagi perekonomian kita, termasuk pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia,” ungkap Menperin.

(Sumber: Antara) 

 
x|close