Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani buka suara mengenai perkembangan investasi Apple di Indonesia.
Menurutnya raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) Apple berkomitmen untuk meningkatkan nilai investasinya di Tanah Air.
"Kita melihat justru investasi Apple ini berdasarkan komunikasi dengan mereka ini akan meningkat. karena kami sudah berbicara dengan 3 vendor apple lainnya untuk berinvestasi di Indonesia," ucap Rosan, Selasa 29 April 2025.
Lebih lanjut, Rosan menyebut perusahaan asal China Huayou merupakan salah satu pemasok komponen untuk produk Apple.
Baca juga: Apple Berencana Pindahkan Produksi iPhone ke India, Menatap Peluang Lebih Besar di Pasar AS
Diketahui, Huayou merupakan Perusahaan tersebut kini tengah menjajaki peluang kerja sama dengan Indonesia untuk baterai kendaraan listrik.
"Sebetulnya untuk produk-produk Apple itu banyak disuplai juga oleh Huayou. Banyak diproduksi juga oleh Huayou untuk produk-produk kebutuhan Apple," jelas Rosan.
"Untuk satu handphone saja, itu ada lebih dari 340 produk. Untuk satu handphone, biasanya iPhone 16. Ternyata saya lihat outsources-nya banyak dari negara-negara China," sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rosan memastikan proyek pembangunan pabrik AirTag Apple di Batam tetap berjalan sesuai rencana.
"Mengenai investasi apple alhamdulillah berjalan dengan baik mereka sudah beli tanahnya di Batam sudah keliling dan yang lain-lain jadi investasi tetap berjalan walaupun ada tensi geopolitik geoekonomi tapi alhamdulillah tetap berjalan sesuai komitmennya," ungkapnya.
Baca juga: Heboh! iPhone 17 Udah Dijual di China Padahal Belom Dirilis Apple
Sebelumnya, Rosan menyebut Apple akan membangun pabrik di Indonesia, di mana pabrik tersebut akan menyuplai 65 persen kebutuhan AirTag di seluruh dunia.
"Ini adalah tahap awal, dan nanti dari salah satu vendor yang dibangun di Indonesia ini akan menyuplai 65 persen dari kebutuhan AirTag Apple di seluruh dunia,” ucap Rosan, Rabu 15 Januari 2025.
Menurutnya, investasi itu bernilai 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp16 triliun, dengan potensi penciptaan lapangan kerja hingga 2.000 orang.
Investasi itu akan terus didorong hingga bisa mencapai 10 miliar dolar AS dan pabrik vendor itu ditargetkan rampung pada awal 2026.