Ntvnews.id, Jakarta - Akhir-akhir ini, istilah "skincare etiket biru" masih jadi topik yang banyak dibicarakan di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan penggemar perawatan kulit.
Fenomena ini merujuk pada produk perawatan kulit yang beredar di pasaran tanpa izin resmi dan terkait dengan praktik ilegal yang dapat merugikan konsumen.
Bagaimana selengkapnya? Mari simak ulasan mengenai Skincare Etiket Biru di bawah ini yang telah dilansir dari berbagai sumber.
Skincare (Freepik)
1. Tidak memiliki izin edar dari BPOM
2. Label dan kemasan tidak jelas
3. Dijual melalui kanal tidak resmi
4. Harga terlalu murah
5. Mengandung bahan aktif dengan konsentrasi tinggi
6. Klaim berlebihan (kulit cerah dalam 3 hari, bebas jerawat semalam)
Ilustrasi Skincare (FreePik)
Bahan aktif seperti hidrokuinon, tretinoin, atau steroid dalam produk berlabel biru dapat menyebabkan iritasi kulit jika tidak digunakan dengan benar. Tanpa pengawasan medis, penggunaan bahan ini bisa mengakibatkan kemerahan, pengelupasan, gatal, bahkan peradangan yang parah.
Hidrokuinon dan tretinoin merupakan agen pemutih kulit yang kuat. Penggunaan yang berlebihan atau tanpa pengawasan dapat mengakibatkan hipopigmentasi (kulit menjadi terlalu terang) atau hiperpigmentasi (gelap di area tertentu), yang sering kali sulit untuk diatasi.
Penggunaan steroid topikal dalam jangka panjang tanpa pengawasan medis bisa menyebabkan penipisan kulit, menjadikannya lebih rentan terhadap cedera, infeksi, dan kerusakan pembuluh darah di bawah kulit.
Penggunaan steroid topikal tanpa pengawasan dapat membuat kulit menjadi bergantung pada produk tersebut. Ketika penggunaan dihentikan, kondisi kulit dapat memburuk, menyebabkan munculnya jerawat, kemerahan, dan peradangan yang parah.
Hidrokuinon dengan konsentrasi tinggi tanpa pengawasan medis telah dikaitkan dengan kerusakan kulit dan potensi munculnya kanker kulit. Oleh karena itu, BPOM membatasi penggunaannya hanya di bawah pengawasan profesional medis.
Steroid dalam produk berlabel biru dapat diserap ke dalam aliran darah dan mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh.
Hal ini bisa menyebabkan efek samping sistemik, termasuk gangguan menstruasi, pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan, dan bahkan risiko masalah pada fungsi organ tubuh.