Ntvnews.id, Jakarta - Mencari pekerjaan merupakan kondisi yang hampir semua orang pernah mengalaminya. Terlebih di era modern saat ini.
Persaingan mendapatkan pekerjaan sangat berat, bahkan bagi mereka yang telah mendapatkan ijazah perguruan tinggi.
Di sisi lain, bagi perusahaan, menemukan pelamar kerja yang bertalenta dan kompeten bukanlah hal yang mudah.
Ada banyak kendala dan masalah yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan proses rekrutmen, seperti tidak sesuainya kualifikasi pelamar kerja dengan standarisasi perusahaan.
Maka dari itu, penerapan teknik dan strategi yang benar-benar tepat dalam proses rekrutmen menjadi penting, sehingga proses seleksi menjadi lebih efektif.
HR Specialist, Yova Beltz mengatakan, kandidat yang tepat bagi perusahaan adalah seseorang yang setidaknya memiliki keterampilan dan pengalaman kerja mumpuni.
"Tapi yang paling penting sebelum pengalaman adalah work behavior. Karena ini akan menentukan apakah kandidat ini cocok dengan tim kita, dan sesuai dengan budaya kita. Jadi yang pertama dicari saat interview kandidat kalau saya adalah pasti working behavior," ujar Yova saat menjadi narasumber program NTV Today di Nusantara TV, Selasa (21/5/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan, perlunya menggali kandidat dengan mengenali inisiatif dan karakter yang dimiliki. "Jadi menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menunjukkan apakah orang ini memiliki inisiatif dan berkarakter. Misalkan, salah satunya dari cara dia bersalaman," sambungnya.
Setelah itu, kata Yova, adalah mencari tahu pengalaman yang dimiliki kandidat. "Kenapa pengalaman penting? Karena mungkin anak-anak zaman sekarang itu pintar-pintar banget, tapi kurang pengalaman. Kita juga tidak bisa pungkiri perlunya knowledge, sehingga bisa mengerti pekerjaan itu buat apa. Tetapi pengalaman itu membuat kita tahu how to do the job well," tambahnya.
Yova menilai, pengalaman tidak selalu didapatkan dari dunia kerja, tetapi juga bisa didapatkan dari mana pun. "Waktu saya kuliah mencari pengalaman dari outside kampus, seperti ikut workshop, kursus, atau aktivitas lainnya, di mana pengalaman itu yang akhirnya membawa saya ke dunia kerja."
"Jadi ketika kita bisa mempraktikkan knowledge yang dimiliki, baik di organisasi, atau komunitas, menurut saya itu sudah menjadi nilai plus untuk kita, dan bekal untuk melamar kerja," jelas Yova.
Di sisi lain, sejumlah tips dan trik akan sangat membantu dalam kesuksesan dalam melamar kerja ke perusahaan yang diinginkan. Menurut Yova, tetaplah menjadi diri sendiri dan kenali potensi yang dimiliki.
"Kalau tips dan trik saya sih be yourself aja. Saya selalu bilang ini setiap kali berbicara di kampus-kampus. Selalu jadi diri sendiri, kenali diri sendiri, dan jangan pernah takut," urainya.
Yova juga menyarankan para kandidat agar mencari perusahaan yang punya sharing value. "Karena kalau kita kerja di perusahaan yang nggak punya sharing value, satu bulan atau dua bulan kita resign dengan alasan nggak cocok dengan budaya kita," cetusnya.
"Terus other thing yang saya lihat dari generasi sekarang adalah terlalu cepat mengasumsikan sesuatu, terlalu cepat making decision sebelum mereka take time untuk mengobservasi. Jadi kesabaran itu penting. Sometimes kesabaran itu bisa membuat kita melihat hal-hal yang berbeda, jangan 3 bulan saja sudah langsung bilang ini company toxic. Kemudian belajar gimana caranya melihat constructive feedback. Karena yang saya lihat zaman sekarang itu banyak banget Gen Z itu menerima feedback negatif atau positif, tapi nggak difilter. Itu kadang-kadang membuat mereka down dan baper (bawa perasaan)."
"Kita juga harus mengerti bagaimana melihat constructive feedback. Terpenting yakni harus tanya ke diri sendiri what is the life we are trying to build. Ini akan memberikan efek ke hidup seperti apa yang mau kita bangun, dan itu akan memberikan efek ke approach kita ke dunia kerja, approach kita ke pekerjaan dan ke personal life," tukas Yova.