Ntvnews.id, Jakarta - Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi, Ezy Barnita, menyatakan bahwa konstipasi atau sembelit pada anak tidak boleh dianggap remeh karena dapat memicu perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung, agresif, kasar, hingga tantrum.
"Biasanya awal keluhan konstipasi memiliki gejala seperti sakit perut, anak menolak makan, tidur terganggu karena anak lapar, kelesuan, serta nafsu makan yang buruk pada anak," ungkapnya di Tangerang, Senin.
Baca juga: Doa Meminta Kesehatan, Memohon Kesembuhan dan Kekuatan dari Tuhan
Jika kondisi ini terus berlanjut, ia menjelaskan, konstipasi dapat menghambat tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan, salah satunya dengan memastikan asupan serat prebiotik yang cukup serta memantau kebiasaan buang air besar (BAB) anak setiap hari.
"Monitoring buang air besar anak secara rutin akan membuat orang tua menyadari saat ada gejala mendekati konstipasi, misalnya tekstur pup-nya mulai keras meskipun masih BAB rutin, atau BAB mulai jarang meskipun tekstur pupnya masih lunak," jelas Ezy.
Ia menambahkan, kurangnya asupan serat prebiotik dapat menyebabkan feses menjadi lebih keras, sehingga sulit dikeluarkan oleh tubuh.
Konstipasi pada anak, menurutnya, bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa di antaranya adalah lambatnya pergerakan usus, kebiasaan menunda buang air besar karena asyik bermain, perilaku menahan BAB (holding-on behavior) akibat pengalaman buruk saat toilet training, serta rasa takut menggunakan toilet umum atau lingkungan toilet yang tidak nyaman.
"Banyak anak-anak yang masih mengalami konstipasi hingga remaja dan dewasa. Oleh karena itu, penting mencukupi asupan harian serat prebiotik anak agar kesehatan pencernaannya terjaga dan mencegahnya dari masalah gangguan pencernaan," tegasnya.
(Sumber: Antara)