Ntvnews.id, Jakarta - Selama bertahun-tahun, seorang warga Jakarta keturunan Tionghoa bernama Ekawati rutin berburu ikan bandeng setiap menjelang Tahun Baru Imlek.
Tahun ini, perempuan berusia 70-an itu membeli sekitar 15 kilogram ikan bandeng dari pasar ikan di Rawa Belong, Jakarta Barat.
Eka biasanya mengolah ikan bandeng menjadi pindang atau pepes untuk dinikmati bersama keluarga, digunakan dalam sembahyang, dibawa ke makam, atau disajikan kepada tamu.
Baca juga: 7 Pantangan dalam Perayaan Tahun Baru Imlek yang Wajib Dihindari
"Ini menjadi tradisi yang sudah diturunkan dari orang tua, yaitu setiap Imlek harus menyajikan tiga jenis daging, yakni ayam, daging babi, dan ikan bandeng," ujarnya saat ditemui pada Senin, 27 Januari 2025.
Tradisi berburu ikan bandeng saat Imlek tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga telah menjadi bagian dari kebiasaan warga Betawi, suku asli Jakarta.
Dalam budaya Betawi, olahan ikan bandeng sering dijadikan hantaran untuk keluarga, diberikan kepada tetangga, atau menjadi buah tangan dari menantu kepada mertuanya.
"Kalau di keluarga kami, bandengnya akan dipakai untuk pengajian saat bulan 'Ruwah' sebelum masuk bulan Ramadan," ujar Fatma, yang saat itu baru saja membeli beberapa potong ikan berukuran sedang.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Candra Jap, menjelaskan bahwa tradisi menyantap ikan bandeng saat Imlek lebih umum dijumpai di komunitas Tionghoa yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Kebiasaan ini juga dipengaruhi oleh tradisi Betawi yang dikenal sebagai "nganter bandeng", yaitu memberikan ikan bandeng sebagai hantaran dari calon menantu kepada calon mertua.
Salah satu pedagang ikan bandeng di Rawa Belong, Evi, yang sudah berjualan selama belasan tahun, mengungkapkan bahwa permintaan ikan bandeng meningkat tajam saat Imlek.
"Rata-rata pembeli adalah ibu rumah tangga yang membeli beberapa ekor, tetapi ada juga dari perusahaan yang bisa membeli sampai puluhan kilogram," katanya.
Ikan bandeng sendiri memiliki makna filosofis yang mendalam. Dalam bahasa Mandarin, kata "ikan" disebut sebagai "yu", yang memiliki bunyi serupa dengan kata "yu" yang berarti surplus atau berkelimpahan. Selain itu, duri ikan bandeng yang banyak melambangkan filosofi bahwa hidup harus dijalani dengan penuh kehati-hatian dan tidak tergesa-gesa.
"Tradisi ini jelas menjadi bukti bahwa (masyarakat) Tionghoa dan Betawi sudah sejak lama hidup berdampingan dan saling memengaruhi baik dari aspek budaya, kesenian, hingga kuliner," ujarnya.
Tahun ini, setidaknya ada lebih dari 30 pedagang ikan bandeng segar di Rawa Belong, jumlah yang lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena pemerintah setempat kembali mengangkat tradisi ini melalui acara "Festival Bandeng Rawa Belong", yang berlangsung pada 27-28 Januari 2025.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, mengatakan bahwa festival ini bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya sekaligus meningkatkan perekonomian lokal dengan melibatkan berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
"Tradisi ini menjadi cerminan kebersamaan dan penghormatan terhadap budaya yang penuh makna," katanya dalam acara yang digelar pada Selasa, 28 Januari 2025 pagi.
(Sumber: Antara)