Kenapa Umat Katolik Berpuasa di Jumat Agung? Ini Penjelasan dan Aturannya

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Apr 2025, 13:56
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Seluruh keluarga sedang menyiapkan makanan Ilustrasi Seluruh keluarga sedang menyiapkan makanan (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Jumat Agung merupakan salah satu hari paling sakral dalam kalender liturgi umat Katolik dan Kristen. Diperingati dua hari sebelum Minggu Paskah, Jumat Agung menandai wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.

Untuk menghormati pengorbanan tersebut, umat Katolik menjalani pantang dan puasa Jumat Agung dengan penuh khidmat.

Dilansir dari beberapa sumber, Rabu, 16 April 2025, apa sebenarnya makna pantang dan puasa ini? Bagaimana aturannya dijalankan oleh umat Katolik?

Baca Juga: Mengapa Paskah Identik dengan Telur? Ini Makna dan Sejarahnya yang Menarik

Makna Puasa dan Pantang di Jumat Agung

Puasa dan pantang pada Jumat Agung merupakan bentuk ungkapan pertobatan dan solidaritas terhadap penderitaan Yesus Kristus.

Tradisi ini bukan sekadar menahan diri dari makanan, tetapi juga latihan rohani untuk mengendalikan keinginan duniawi serta mendekatkan diri pada Tuhan.

Dalam ajaran Gereja Katolik, puasa berarti hanya makan kenyang satu kali dalam sehari, dengan dua kali makan ringan yang jika digabungkan tidak melebihi satu kali makan utama. Sementara pantang berarti menahan diri dari konsumsi daging merah dan bersifat pengorbanan.

Aturan Puasa Jumat Agung

Gereja Katolik memiliki aturan khusus mengenai siapa yang wajib berpuasa dan berpantang. Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik:

-Puasa diwajibkan bagi umat Katolik berusia 18 hingga 60 tahun.

-Pantang diwajibkan bagi mereka yang berusia 14 tahun ke atas.

-Jumat Agung dan Rabu Abu adalah dua hari utama yang wajib dijalani dengan pantang dan puasa.

Baca Juga: Fakta-Fakta Hari Raya Paskah yang Jarang Diketahui, Makna Simbol hingga Tradisi

Namun, umat yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, ibu hamil, atau lansia dengan keterbatasan fisik bisa mendapatkan dispensasi atau kelonggaran dari pihak Gereja.

Tradisi dan Perayaan Jumat Agung

Selain berpuasa dan berpantang, umat Katolik biasanya mengikuti Ibadat Jumat Agung yang dilaksanakan pada sore hari.

Ibadah ini terdiri dari tiga bagian: Liturgi Sabda, Penghormatan Salib, dan Komuni Kudus.

Suasana dalam ibadat Jumat Agung sangat hening dan khusyuk. Tidak ada perayaan Ekaristi, karena ini adalah hari berkabung dan permenungan atas wafatnya Yesus.

Gereja tidak menggunakan musik meriah, warna liturgi yang digunakan pun adalah merah atau ungu, simbol penderitaan dan pengorbanan.

Baca Juga: 20 Ucapan Selamat Paskah Bahasa Indonesia yang Menyentuh dan Penuh Makna

Refleksi Rohani

Tradisi pantang dan puasa bukan hanya soal aturan lahiriah, tetapi juga menjadi momen untuk refleksi batin.

Umat diajak merenungkan pengorbanan Kristus, memperbaiki diri, dan hidup dalam semangat kasih serta pengampunan.

Dengan menjalani pantang dan puasa, umat Katolik juga belajar hidup sederhana, membangun empati terhadap mereka yang berkekurangan, dan mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Kristus di Hari Paskah.

Puasa dan pantang Jumat Agung bukan sekadar kewajiban agama, tetapi sarana spiritual yang mendalam.

Tradisi ini mengajarkan pengendalian diri, solidaritas, dan cinta kasih. Bagi umat Katolik, Jumat Agung adalah waktu suci untuk berdiam diri, mengenang penderitaan Yesus, dan membuka hati bagi karya keselamatan Allah.

 

x|close