Ntvnews.id, Jakarta - Saat pria mencapai usia 40-an dan 50-an, mereka mungkin mulai mengalami disfungsi ereksi dan penurunan gairah seks, sementara produksi testosteron mereka juga berkurang.
Perubahan ini mirip dengan yang terjadi pada wanita selama perimenopause dan menopause, yaitu periode yang mengarah ke dan mengikuti menstruasi terakhir mereka.
Mengingat kesamaan tersebut, muncul pertanyaan apakah menopause juga terjadi pada pria?
Dilansir dari Live Science, Selasa, 23 Juli 2024, meskipun pria paruh baya menunjukkan gejala yang mirip dengan yang dialami wanita selama menopause, menyebutnya sebagai menopause pria tidaklah tepat. Produksi hormon pada testis pria dan ovarium wanita memang menurun seiring bertambahnya usia, tetapi pada wanita, hal ini terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa tahun.
Pada pria, penurunan hormon terkait usia terjadi secara bertahap dan berlangsung selama beberapa dekade. Hormon utama yang diproduksi oleh testis adalah testosteron, yang mendukung perkembangan dan fungsi seksual pria.
Baca Juga: 5 Manfaat Buah Sirsak untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Cegah Penyakit Jantung!
"Andropause adalah istilah nonmedis yang sering digunakan untuk menggambarkan penurunan kadar testosteron pada pria lanjut usia," kata Dr. Jesse Mills, direktur Klinik Pria di UCLA Health.
Namun, ini tidak sama dengan menopause karena pria dapat mempertahankan kadar testosteron dalam kisaran normal hingga usia 80-an atau lebih. Sebaliknya, wanita biasanya memasuki masa perimenopause atau transisi menuju menopause antara usia 45 hingga 55 tahun.
Selama periode tersebut, ovarium menghasilkan lebih sedikit estradiol, bentuk utama estrogen dalam tubuh sebelum menopause. Pada puncaknya, kadar estradiol dapat mencapai hingga 400 pikogram per mililiter (pg/mL) darah, tetapi setelah menopause, kadar ini dapat turun hingga kurang dari 0,3 pg/mL.
Baca Juga: 5 Manfaat Buah Sirsak untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Cegah Penyakit Jantung!
Tubuh masih memproduksi estron, bentuk estrogen lain yang lebih lemah, namun estron tidak dapat menggantikan estradiol yang hilang. Hal ini menyebabkan berhentinya menstruasi, perubahan jaringan vulva, rasa panas, dan berkurangnya pelumasan vagina.
Sementara pria juga mengalami penurunan kadar testosteron seiring bertambahnya usia, menurut Mills, gejala yang mereka alami tidak sedramatis yang dialami wanita.