Ntvnews.id, Jakarta - Setelah Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada Minggu, 11 Agustus 2024 kemarin, muncul sebuah foto yang memperlihatkan pertemuan Jokowi dan Bahlil Lahadalia di Istana Negara.
Sebelum bertemu Presiden Jokowi, Bahlil menyempatkan bertemu Jusuf Kalla di kediaman sang mantan Wapres. Pertemuan tersebut tampaknya karena gonjang-ganjing dunia politik yang tengah melanda Partai Golkar belakangan ini.
Dalam foto yang beredar di media sosial, Bahlil bertemu Presiden Jokowi setelah melaksanakan sholat Jumat. Keduanya terlihat sedang duduk di salah satu kursi di Istana. Dalam foto tersebut, politikus Partai Golkar itu tampak berbincang cukup serius.
Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia buka suara soal izin usaha tambang untuk Nahdlatul Ulama (NU
Baik Jokowi maupun Bahlil sama-sama mengenakan kemeja berwarna putih. Presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya itu tampak dengan songkok berwarna hitam melipat kedua tangannya di depan dada.
Sementara itu, Bahlil yang duduk di depan sang presiden seperti sedang membicarakan sesuatu. Namun, belum diketahui apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan. Hanya saja, sehari setelah itu, Airlangga Hartarto mengundurkan diri dari Ketum Partai Golkar.
Dalam pernyataannya, salah satu alasan Airlangga mundur adalah karena untuk menjaga kestabilitasan dan keutuhan Partai Golkar. Selain itu, Airlangga juga mengaku untuk menjaga stabilitas jelang peralihan pemerintahan.
Bahlil dan Jokowi (Instagram)
“BERDUA. Peristiwanya belum lama berselang, sepertinya di koridor Istana Negara. Presiden Jokowi dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil,” tulis Dewan Komisaris Hutama Karya, Wahyu Muryadi di Instagram pribadinya dilansir pada Senin, 12 Agustus 2024.
“Berdua saja. Tampaknya membahas masalah serius: urusan bangsa, negara, kabinet, parpol, dan seterusnya. Kita tunggu hasilnya..,” lanjut Wahyu.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Fixpoll Indonesia, Mohammad Anas RA, posisi ketua umum Partai Golkar ini memang sangat seksi sehingga siapa saja pasti berminat untuk menduduki jabatan partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Bahlil miliki syahwat politik pimpin Golkar, manuver ini sejak lama bergulir. Jika di internal, baik kader aktif dan kader tidak aktif, maka Bahlil masuk kategori itu. Jika mengarah figur eksternal maka Presiden Jokowi juga berpeluang,” kata Anas.