Ntvnews.id, Jakarta - Ada banyak cerita perjalanan bos jalan tol sekaligus kader Partai Golkar, Jusuf Hamka sepanjang hidupnya. Pria yang akrab dengan sapaan Babah Alun itu sempat diusulkan untuk menjadi cawagub Ketum PSI Kaesang Pangarep dalam Pilkada DKI Jakarta 2024.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto saat bertemu dengan Kaesang di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta. Airlangga berdalih Golkar mengusung Babah Alun karena dianggap memiliki pengalaman dalam mengatasi kemacetan di Jakarta.
Meski demikian, sosok yang menjabat sebagai Menko Perekonomian itu menegaskan bahwa usulan tersebut belum final. Dia mengatakan masih ada waktu beberapa bulan sebelum pendaftaran calon untuk Pilkada Jakarta. Lalu, seperti apa sosok Jusuf Hamka?
Profil Jusuf Hamka
Jusuf Hamka (Istimewa)
Jusuf Hamka, yang akrab disapa Babah Alun, lahir di Jakarta pada 5 Desember 1957. Dia adalah seorang pengusaha sukses yang memimpin PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP).
Perusahaannya berperan dalam pembangunan beberapa jalan tol, termasuk tol Ir Wiyoto Wiyono Cawang-Tanjung Priok, tol Pelabuhan Ancol, tol Bogor Outer Ring Road, dan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan.
Selain memimpin CMNP, Jusuf Hamka juga memegang beberapa posisi penting di perusahaan lain, seperti Komisaris Utama PT Mandiri Permai, Komisaris Independen PT Indomobil Sukses Internasional Tbk, dan Komisaris PT Mitra Kaltim Resource Indonesia.
Selain aktif di dunia bisnis, pengusaha yang merupakan anak angkat ulama besar Indonesia, Buya Hamka, ini juga terlibat dalam politik. Saat ini, dia menjadi kader Partai Golkar dan pernah menjabat sebagai bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.
Dia juga pernah menjabat sebagai staf khusus (Stafsus) Gumiwang Kartasasmita saat menjabat sebagai Menteri Sosial pada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin periode kedua. Mengenai kekayaan Jusuf Hamka, tidak ada informasi pasti yang diketahui.
Jusuf Hamka di Tanah Abang (ANTARA)
Sebelum mencapai kesuksesannya saat ini, Jusuf Hamka pernah mengenyam pendidikan tinggi, meskipun tidak menyelesaikannya. Dia mengaku enggan menyelesaikan studi karena tidak menyukai formalitas.
Beberapa universitas yang pernah ia tempuh antara lain Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Bisnis Administrasi Columbia College Kanada, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jayabaya.