Ntvnews.id, Luar Negeri - Gerakan Palestina Hamas menolak undangan dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir untuk bergabung dalam putaran terakhir pembicaraan dengan Israel mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza yang dijadwalkan pada 15 Agustus. Penolakan ini dilaporkan oleh portal Axios, mengutip pernyataan dari Hamas.
Mesir, Qatar, dan AS sebelumnya mengajak Israel dan Hamas untuk melanjutkan diskusi terkait ketentuan gencatan senjata pada 14-15 Agustus 2024. Ketiga negara tersebut menyatakan kesiapan mereka untuk mengajukan proposal akhir guna mencapai kesepakatan.
Baca Juga:
Rupiah Melemah ke Rp15.950 per Dolar AS di Awal Pekan, Ini Pemicunya
Kontroversi Acara 'Burning Sun' Bikin Geger, ini Penjelasannya
Hamas menyebutkan bahwa alasan penolakannya termasuk syarat-syarat baru yang diajukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, dan serangan terbaru Israel di Jalur Gaza.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (Istimewa)
Seorang pejabat senior Israel yang terlibat dalam negosiasi mengatakan bahwa pernyataan Hamas merupakan "langkah taktis menjelang kemungkinan serangan oleh Iran dan Hizbullah serta upaya untuk mendapatkan syarat yang lebih baik dalam kesepakatan."
"Jika Hamas tidak datang ke meja perundingan, kami akan terus menghancurkan kekuatan mereka di Gaza," kata pejabat Israel, dikutip dari Antara, Senin, 12 Agustus 2024.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Hamas telah meminta para mediator untuk melanjutkan rencana gencatan senjata yang disepakati pada Juli, daripada memulai negosiasi baru. Hamas menuntut pelaksanaan dokumen yang disepakati pada 2 Juli, yang didasarkan pada visi Presiden AS Joe Biden serta resolusi Dewan Keamanan PBB.
Negosiasi antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata telah menemui jalan buntu selama lebih dari sebulan setelah pengumuman rencana baru oleh Biden untuk menyelesaikan konflik di wilayah Palestina.