Ntvnews.id, Naypyidaw - Puluhan orang, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan pesawat drone terhadap warga Rohingya yang berusaha menyeberang ke Bangladesh di perbatasan Myanmar. Para saksi melaporkan bahwa para penyintas mencari dan mengenali kerabat yang tewas atau terluka.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 13 Agustus 2024, empat saksi, aktivis, dan seorang diplomat menggambarkan serangan drone yang terjadi pada hari Senin. Serangan ini menargetkan warga yang sedang menunggu untuk menyeberangi perbatasan ke Bangladesh.
Di antara korban adalah seorang wanita hamil dan putrinya yang berusia 2 tahun, menjadikannya salah satu serangan paling mematikan terhadap warga sipil di negara bagian Rakhine dalam beberapa pekan terakhir, di tengah pertempuran antara pasukan junta dan pemberontak.
Baca Juga: Pengungsi Rohingya Perkosa Remaja 16 Tahun Sampai Hamil
Tiga saksi menyatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa Tentara Arakan bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun kelompok itu membantah tuduhan ini.
Milisi dan militer Myanmar saling menyalahkan, sementara Reuters belum dapat memverifikasi jumlah korban atau memastikan pihak yang bertanggung jawab secara independen.
Video yang diunggah ke media sosial menunjukkan mayat-mayat tergeletak di tanah berlumpur dengan koper dan ransel berserakan di sekitarnya. Tiga orang yang selamat mengatakan bahwa lebih dari 200 orang tewas, sementara seorang saksi mata menyebut melihat setidaknya 70 mayat.
Reuters telah memverifikasi bahwa lokasi video tersebut berada di luar kota pesisir Maungdaw, Myanmar, meskipun tanggal pengambilan video tersebut belum dapat dipastikan.
Salah satu saksi mata, Mohammed Eleyas (35), mengatakan bahwa istri yang sedang hamil dan putrinya yang berusia 2 tahun terluka dalam serangan tersebut dan kemudian meninggal. Ia menceritakan bahwa mereka berdiri di garis pantai ketika pesawat drone mulai menyerang kerumunan.
Baca Juga: Gawat! Pengungsi Rohingya di Aceh Barat Kabur Entah ke Mana
"Saya mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga beberapa kali," ujar Eleyas dari sebuah kamp pengungsi di Bangladesh.
Setelah berbaring di tanah untuk melindungi diri, ia bangun dan melihat istri serta putrinya terluka parah, sementara banyak kerabatnya yang lain tewas.
Saksi kedua, Shamsuddin yang juga selamat bersama istri dan putranya yang baru lahir, mengatakan bahwa setelah serangan tersebut, banyak orang tewas dan beberapa orang lainnya berteriak kesakitan karena luka-lukanya.
Selain itu, sebuah perahu yang membawa pengungsi Rohingya tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh pada hari Senin. Dua saksi mata dan media di Bangladesh melaporkan bahwa insiden ini menewaskan puluhan orang lainnya.
Medecins Sans Frontieres (MSF) mengeluarkan pernyataan bahwa mereka telah merawat 39 orang yang berhasil menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh sejak Sabtu, dengan luka-luka terkait kekerasan, termasuk cedera akibat tembakan mortir dan luka tembak.
Para pasien menggambarkan bahwa mereka melihat orang-orang dibom saat mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai.