Ntvnews.id, Korsel - Korea Selatan sedang menghadapi krisis cuaca panas yang tidak biasa, dengan laporan terbaru dari Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan mengungkapkan bahwa setidaknya 21 orang meninggal dunia dan 2.293 lainnya membutuhkan bantuan medis dari 20 Mei hingga 11 Agustus 2024.
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun lalu, di mana 2.139 orang dirawat di rumah sakit akibat cuaca panas. Sementara itu, tingkat kematian pada tahun ini juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, dengan total 28 orang meninggal dunia.
Baca Juga:
Tak Ajukan Eksepsi, Harvey Moeis Minta Sidang Korupsi Timah Langsung Pembuktian
Megawati: Saya Ini Barang Antik
Selain dampak kesehatan, cuaca ekstrem ini juga menimbulkan kerugian besar pada sektor pertanian dan perikanan. Selama periode 11 Juni hingga 12 Agustus, cuaca panas menyebabkan kematian massal pada hewan ternak antara lain, 703.000 sapi, 45.000 babi, 658.000 unggas, dan 895.000 organisme akuatik dilaporkan mati.
Korea Selatan. (Pixabay)
Korea Selatan mulai dilanda gelombang panas setelah musim hujan berakhir pekan lalu, dengan suhu di banyak wilayah melampaui 35 derajat Celsius. Gelombang panas ini telah menambah tekanan pada layanan kesehatan dan meningkatkan kekhawatiran tentang dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan ekonomi.
Pemerintah dan organisasi kesehatan terus berupaya memberikan bantuan dan informasi kepada masyarakat untuk mengatasi dan mengurangi dampak dari cuaca ekstrem ini.