Pemilu India 2024: Modi Bersaing dengan Mantan Timsesnya yang Membantunya Menang Selama 10 Tahun

NTVNews - 19 Apr 2024, 18:00
Ramses Manurung
Penulis & Editor
Bagikan
Ilustrasi Pemilu/ist Ilustrasi Pemilu/ist

NTVNews.id-India baru saja memulai pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, pada Jumat (19/4/2024). Pemilu akan akan dilaksanakan dalam tujuh tahap, mulai 19 April hingga 1 Juni mendatang.

Pemenang Pemilu India 2024 akan diumumkan pada 4 Juni.

Dengan jumlah pemilih hampir 1 miliar orang, Pemilu India disebut sebagai pemilu terbesar dunia, dengan hampir 1 miliar pemilih yang memenuhi syarat.

India memiliki jumlah penduduk 1,4 miliar orang. Dari jumlah tersebut 969 juta diantaranya adalah pemilih yang memenuhi syarat pada tahun ini. Naik 57 juta pemilih dibanding pemilu nasional pada tahun 2019 yang diikuti 912 juta pemilih. Sebagai perbandingan, Pemilu Amerikat Serikat 2024 yang akan digelar pada bulan November, diikuti kurang dari 170 juta orang yang memenuhi syarat untuk memilih.

Komisi Pemilihan Umum India memerlukan persiapan berbulan-bulan dan mobilisasi sekitar 15 juta petugas pemilu dan staf keamanan untuk melaksanakan upaya besar-besaran dalam demokrasi.

Narendra Modi 

Perdana Menteri Narendra Modi maju sebagai petahana untuk masa jabatan ketiga kalinya. Modi diprediksi bakal terpilih kembali. Pasalnya, hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan dan elektabilitas Modi mencapai 75% pada bulan Februari. Naik 15% dalam dua tahun terakhir.

Menurut pendukungnya, melonjaknya popularitas Modi karena sang petahana dinilai memiliki kinerja yang baik selama memimpin India. Modi mendapat respon positif karena upayanya membawa India ke panggung dunia sebagai negara besar. Tetapi para pengkritiknya menilai bahwa hal ini disebabkan oleh kebijakannya yang pro-Hindu dan anti-Muslim.

Namun ada sosok yang dinilai potensial menjadi batu sandungan bagi Modi. Sosok itu adalah Sunil Kanugolu, salah satu konsultan pemilu terkemuka di India. Tetapi Sunil harus menghadapi tantangan dari Modi dan partainya partainya sendiri, Kongres yang terkesan tidak mendukung penuh.

Sebagai orang yang berpengalaman memenangkan pemilu, Sunil meyakini ajang pemilu adalah pertarungan emosi bukan logika.

"Tidak ada pemilu yang dimenangkan secara logika. Emosi memenangkan pemilu," kata pria berusia 40 tahun itu, menurut orang kepercayaannya yang tidak mau disebutkan namanya.

Pada Pemilu tahap pertama di Telangana, Sunil bersama Partai Kongres fokus merebut simpati perempuan, petani, pemuda, orang lanjut usia, dan keluarga miskin. Sunil menjanjikan program kesejahteraan jika menang.

"Dalam waktu sekitar satu minggu, terjadi perubahan perolehan suara sebesar tiga hingga sembilan persen berdasarkan janji-janji tersebut," kata seorang peneliti dari Inclusive Minds, perusahaan konsultan pemilu yang berkantor pusat di Bengaluru yang dijalankan Kanugolu untuk Kongres.

Satu dekade yang lalu, Kanugolu, mantan konsultan McKinsey, adalah anggota tim yang menyusun strategi, membentuk dan melaksanakan kampanye perdana menteri Narendra Modi.

Kini, satu dekade kemudian, ia menjadi salah satu konsultan politik terkemuka di negara tersebut dan bekerja sama dengan Kongres untuk menjatuhkan PM Modi dalam pemilu nasional yang dimulai pada tanggal 19 April dengan pemungutan suara tahap pertama, dan akan dilaksanakan di tujuh negara.

Namun tantangan yang dihadapi Kanugolu bukan hanya dari Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpinnya, namun juga dari partai Kongresnya sendiri.

Sunil pecah kongsi dengan Narendra Modi setelah 10 tahun bersama.

Menurut teman-teman dan rekan-rekannya, Sunil bersikukuh menentang politik berbasis agama BJP meskipun ia bekerja dengan partai tersebut selama beberapa tahun dan membantu partai tersebut mengkonsolidasikan kekuasaannya di seluruh India. Namun dalam percakapan pribadi, kata mereka, Sunil mengakui bahwa alasan dia meninggalkan pihak Modi adalah sesuatu yang lebih mendasar.

x|close