Ntvnews.id, Baghdad - Seorang pria berusia 38 tahun di Lebanon mengalami kondisi langka di mana penisnya menjadi merah, bengkak, dan berkerak setelah mengalami diare dan muntah yang parah.
Dilansir dari Daily Mail, Senin, 2 September 2024, pria yang namanya tidak disebutkan ini melaporkan bahwa masalah dimulai setelah berhubungan intim dengan istrinya beberapa jam sebelum gejala diare dan muntah muncul, dan tinja mencemari area genitalnya.
Selama sekitar seminggu, pria tersebut mengalami pembengkakan dan kemerahan pada penisnya sebelum akhirnya mencari perawatan medis. Kasus ini dilaporkan dalam Jurnal Annals of Medicine and Surgery.
Baca Juga: Punya Penis Panjangnya Lebih dari 30 Cm, Seorang Pria Keluhkan Hal Ini
"Pada pemeriksaan fisik, penis pasien memiliki panjang normal dengan area kemerahan dan bersisik di kepala penis serta area subkoronal. Kulitnya juga mengelupas, dan terdapat ekstravasasi purulen dari sisi ventral batang penis ke area frenulum," kata penulis penelitian.
Dokter di Pusat Medis Universitas Amerika Beirut, tempat pria itu dirawat, mengambil sampel dari penis untuk diuji. Hasilnya menunjukkan adanya bakteri Bacillus cereus, yang biasanya ditemukan pada nasi yang telah dibiarkan terlalu lama pada suhu ruangan dan dapat menyebabkan gangguan perut jika dikonsumsi.
Dokter mencurigai bahwa pasien mungkin telah mencemari penisnya dengan muntahan dan tinja setelah berhubungan seks, yang kemungkinan merupakan sumber infeksi kulitnya. Pria ini juga melaporkan bahwa ia makan nasi bersama keluarganya sehari sebelum gejala muncul, sementara istrinya tidak mengalami gejala apapun.
Baca Juga: Kenapa Penis Rupanya Seperti Jamur?
"Pasien menyangkal adanya trauma pada penis, luka robek, atau gigitan yang mungkin terjadi selama hubungan seksual," tulis para dokter.
Laporan kasus tersebut menyebutkan bahwa infeksi penis yang disebabkan oleh B. cereus pada pasien ini adalah kasus pertama yang tidak biasa.
Setelah menjalani pengobatan selama satu bulan, pasien merasa puas dengan pemulihannya tanpa komplikasi yang memerlukan tindak lanjut lebih lanjut. Ia tidak merasakan nyeri, rasa terbakar, atau ketidaknyamanan di area genitalnya, dan tidak terjadi infeksi berulang.