Ini Alasan Israel Tetap Kekeuh Serang Rafah Palestina Meski Dikecam AS

NTVNews - 14 Mei 2024, 05:06
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Israel Gempur Rafah Palestina Israel Gempur Rafah Palestina (Istimewas)

Ntvnews.id, Tel Aviv - Israel mulai menyerang Rafah di Gaza selatan dengan intensitas tinggi Pada Senin, 6 Mei 2024 lalu, meskipun banyak pihak termasuk sekutu dekat mereka menentang operasi tersebut.

Sebelum melakukan serangan, pasukan Israel telah memaksa lebih dari 100 ribu warga yang tinggal di Rafah untuk mengungsi. Mereka kemudian berpindah ke wilayah Khan Younis.

Rencana Israel untuk menyerbu Rafah sebenarnya sudah menjadi perbincangan sejak lama, terutama dalam konteks upaya untuk mencapai gencatan senjata.

Agresi Israel di Jalur Gaza terus memakan korban warga sipil Palestina. Agresi Israel di Jalur Gaza terus memakan korban warga sipil Palestina.

Namun sekutu dekat Israel, Amerika Serikat, keberatan dengan invasi di Rafah. Mereka menilai operasi itu akan memakan korban lebih banyak. Lalu mengapa Israel bersikeras lakukan serangan ke Rafah?

Pasukan pertahanan Israel memandang Rafah merupakan lokasi krusial dan benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza.

Israel mengklaim telah menghancurkan 18 dari 24 batalion Hamas di Gaza. Mereka berambisi untuk merontokkan kemampuan militer dan memusnahkan kelompok itu dari muka bumi.

IDF juga memandang Hamas punya empat batalion di Rafah dan mereka harus mengirimkan pasukan darat untuk menghancurkannya. Beberapa anggota senior juga diperkirakan sembunyi di kota tersebut. Namun, Hamas selama ini terus berkumpul kembali di sejumlah area dan meluncurkan serangan.

PM Netanyahu ingin amankan kekuasaan

Benjamin Netanyahu <b>(Istimewa)</b> Benjamin Netanyahu (Istimewa)

Dilansir dari Al Arabiya, Selasa, 14 Mei 2024, perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu gigih ingin menggempur Rafah karena alasan politik. Pemerintahan Netanyahu disebut bisa runtuh jika operasi tak berjalan.

Sekutu ultranasionalis dan konservatif di pemerintahan Netanyahu bisa menarik diri dari koalisi jika dia menandatangani kesepakatan gencatan senjata. 

Salah satu poin kesepakatan gencatan senjata adalah jeda pertempuran. Artinya, Israel tak akan bisa menyerang Rafah jika setuju gencatan senjata.

Menteri Keuangan Israel dari sayap kanan Bezalel Smotrich sempat mengatakan jika menerima gencatan senjata dan tak melaksanakan operasi Rafah, berarti Israel "mengibarkan bendera putih" dan menyerah ke Hamas.

Para pengamat sampai-sampai menyebut Netanyahu lebih memprioritaskan menjaga pemerintahan utuh dan tetap berkuasa daripada kepentingan nasional.

x|close