Ntvnews.id, Jakarta - Tidak ada yang salah dengan bermain badminton, namun baru-baru ini Biro Pendidikan Hongkong secara tidak sengaja memberi makna baru pada olahraga ini.
Dilansir dari BBC, Selasa, 3 September 2024, Modul pembelajaran berjudul “Remaja dan Hubungan Intim” untuk siswa kelas tiga sekolah menengah menyarankan agar remaja yang ingin terlibat dalam hubungan intim dapat “pergi bermain badminton bersama.”
Materi yang baru dirilis minggu lalu juga mencakup formulir bernama “Komitmen Saya,” yang bertujuan agar remaja berkomitmen untuk mengembangkan “disiplin, kontrol diri, dan menolak pornografi.”
Baca Juga: Selain Perundungan Aulia Risma, Menkes Budi: Ada Pelecehan Seksual di PPDS Undip
Materi tersebut mendapat kritik karena dianggap “ketinggalan zaman,” meskipun pejabat Hongkong membela kebijakan tersebut.
Sementara itu, media sosial dipenuhi dengan lelucon mengenai “bermain badminton.”
“FWB [Friends with Benefits]? Teman dengan badminton,” tulis seorang pengguna Instagram yang mendapatkan 1.000 suka.
“Kalau dalam bahasa Inggris: Mau menonton Netflix dan bersantai? Dalam bahasa Kanton, mau main badminton?” bunyi sebuah postingan Facebook yang telah dibagikan lebih dari 500 kali.
Bahkan pemain badminton Olimpiade, Tse Ying Suet, tak bisa menahan diri untuk berkomentar.
"Semua orang janji main badminton. Apakah semua orang benar-benar suka badminton?” tanyanya di Threads dengan emoji menyeringai.
Beberapa pihak juga menganggap saran biro pendidikan itu tidak praktis.
Anggota parlemen Hong Kong, Doreen Kong, menyatakan bahwa materi tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman biro pendidikan terhadap kaum muda, dan dianggap tidak realistis
“Bagaimana mereka akan menemukan raket badminton di tempat kejadian?” tanya Kong.
Thomas Tang, seorang pemain badminton amatir, merasa lelucon tentang ini membuat situasinya memalukan.
“Dulu badminton hanya olahraga yang menyehatkan, tapi sekarang, mengajak orang bermain badminton malah menjadi bahan candaan,” katanya.
Ironisnya, menurut Thomas, badminton sebenarnya merupakan cara yang baik bagi pria untuk bertemu wanita.
Dokumen Biro Pendidikan juga memberitahukan para guru bahwa modul tersebut bertujuan membantu siswa mengatasi fantasi dan hasrat seksual, bukan untuk mendorong mereka berpacaran atau aktif secara seksual.
Modul tersebut juga menyarankan siswa untuk “berpakaian sopan untuk menunjukkan persona yang sehat dan menghindari rangsangan visual dari pakaian seksi” serta “menolak hubungan seks sebelum menikah” jika mereka tidak siap menghadapi “konsekuensi dari hubungan seks sebelum menikah.”
Menteri Pendidikan Christine Choi membela materi yang menuai kritik tersebut.
“Kami ingin melindungi remaja,” katanya saat membela modul tersebut dalam sebuah wawancara.
Christine juga menekankan bahwa hubungan seks dengan anak di bawah umur adalah ilegal.
Pernyataan Christine didukung oleh pemimpin Hongkong, John Lee, yang mengatakan bahwa pemerintah berperan penting dalam menentukan jenis masyarakat yang ingin dibangun meskipun ada perbedaan pendapat tentang pendidikan.
Baca Juga: Pramono Anung Soal Tweet Seksis dan Cabul: Itu Bercanda, Saya Tidak Menyesal
Namun, Henry Chan, seorang ayah dari anak perempuan berusia 13 tahun dan anak laki-laki berusia 10 tahun, menilai upaya pemerintah ini konyol.
“Pemerintah Hong Kong seringkali kaku. Mereka membodohi diri sendiri,” kata Henry.
"Saya dan istri mungkin akan mengajarkan [pendidikan seks] sendiri. Itu bukan sesuatu yang kami harapkan dari sekolah dan pemerintah.”