Ntvnews.id, Jakarta - Kebijakan pemanfaatan ruang laut diprediksi akan memberikan dampak signifikan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen di era pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto dan wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Ruang laut, selain sebagai sumber daya perikanan, memiliki potensi besar dalam mendukung pengembangan infrastruktur digital dan energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi pilar penting dalam peningkatan ekonomi nasional.
Baca Juga:
Empat Napi Balikpapan Ditangkap Polda Jabar atas Kasus Penipuan Layanan Seksual
DPD RI dan Gapki Minta Pemerintah Turun Tangan Atasi Penjarahan Kelapa Sawit di Kalteng
Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan, Doni Ismanto Darwin, menjelaskan bahwa salah satu potensi ruang laut adalah sebagai lokasi penempatan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL). SKKL, yang menguasai 99 persen trafik internet internasional, memiliki peran krusial dalam memperkuat sektor ekonomi digital.
Ilustrasi ruang bawah laut. (ANTARA)
"SKKL ini menguasai 99 persen trafik internet internasional. Jadi kalau kita bisa mengalokasikan atau menata ruang laut kita secara optimal dan efisien untuk infrastruktur digital, misalnya kabel laut, itu tentu akan berkontribusi pada sektor ekonomi digital karena infrastruktur dasarnya kita sudah mendukung," ujarnya, dikutip dari Antara.
Sejak 2021, melalui Kepmen KP Nomor 14 Tahun 2021, pemerintah telah mengatur penataan kabel dan pipa bawah laut untuk memastikan harmonisasi penggunaan ruang laut. Ini mencakup berbagai kepentingan seperti penangkapan ikan, transportasi, eksplorasi, hingga wisata bahari, yang semuanya harus berjalan selaras tanpa mengganggu satu sama lain.
Doni juga menyoroti potensi ruang laut untuk mendukung infrastruktur energi baru terbarukan. Dengan regulasi yang telah ada, penempatan infrastruktur tersebut kini bisa dilakukan dengan lebih optimal, sehingga memperkuat upaya pemerintah dalam menggenjot pemanfaatan EBT.
"Dengan adanya regulasi yang sudah dibuat tahun 2021, pemanfaatan ruang laut ini bisa lebih optimal dan harmonis karena sudah diatur tata letaknya," katanya.
Selain itu, posisi geografis Indonesia yang strategis menjadikan perairannya sebagai jalur alternatif penting bagi kabel laut yang menghubungkan Amerika Serikat dengan Singapura, terutama melalui perairan Sulawesi. Situasi geopolitik di Laut China Selatan semakin meningkatkan preferensi operator global untuk memanfaatkan jalur perairan Indonesia.
Sejalan dengan pandangan Doni, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (Korika), Sri Safitri, juga mengakui potensi besar sektor kelautan dan perikanan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ia menekankan pentingnya digitalisasi dalam sektor ini, yang tidak hanya akan meningkatkan produktivitas nelayan, tetapi juga akan mempermudah pengawasan dan memastikan distribusi bantuan pemerintah yang tepat sasaran. Dengan memanfaatkan teknologi, sektor kelautan dan perikanan bisa dioptimalkan untuk mencapai target ambisius pertumbuhan ekonomi nasional.