Ntvnews.id, Jakarta - Sejak tiba pada hari pertama di Indonesia, Paus Fransiskus selalu didampingi oleh seorang laki-laki yang wajahnya terlihat tidak asing. Sosok yang selalu berada di samping Paus itu rupanya seorang pastor Katolik yang berasal dari Indonesia.
Ya, dia bernama Pater Markus Solo Kewuta yang saat ini menjadi anggota Kuria Tahta Suci Vatikan di Roma. Ia akan mendampingi Paus Fransiskus selama di Indonesia, seperti bertemu dengan Jokowi. Nah, buat kamu yang penasaran berikut profil Markus selengkapnya.
Profil Pater Markus Solo Kewuta
Paus Fransiskus, Pater Markus Solo Kewuta, dan Presiden Jokowi (YouTube Setpres)
Pater Markus Solo Kewuta, atau yang lebih dikenal sebagai Padre Marco, lahir di Lewouran, Kabupaten Flores Timur, NTT, pada tanggal 4 Agustus 1968. Beliau adalah seorang imam yang berasal dari tarekat Serikat Sabda Allah (SVD). Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Kuria Tahta Suci Vatikan yang berada di Roma.
Markus Solo Kewuta mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah atas di Flores Timur, NTT, tempat kelahirannya. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDK Lewouran, dilanjutkan dengan pendidikan menengah pertama di SMPK Ile Bura Lewotobi, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAK Seminari San Dominggo Hokeng.
Pada tahun 1988, ia bergabung dengan Serikat Sabda Allah dan memulai Novisiat di Nenuk, Timor. Setelah itu, ia melanjutkan tahun kedua Novisiat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Santo Paulus Ledalero, Maumere, Flores, sambil memulai studi filsafat pada tahun pertama di sana.
Usai menyelesaikan pendidikan filsafat selama dua tahun, pada tahun 1992, Pater Markus bersama seorang rekannya dikirim untuk melanjutkan studi Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Modling, Wina, Austria.
Pada tahun 1999, Pater Markus memulai studi doktoral di bidang Teologi Fundamental di Universitas Leopold Franzens, Innsbruck, Austria. Beliau berhasil meraih gelar doktor dengan predikat Summa Cum Laude pada tahun 2002.
Perjalanan Menjadi Pastor Katolik
Paus Fransiskus dan Pater Markus Solo Kewuta (YouTube: INDONESIA PAPAL VISITE COMMITTEE)
Setelah menyelesaikan pendidikan dalam bidang filsafat dan teologi, Markus Solo Kewuta memulai tugas pastoral sebagai diakon di Paroki Pischelsdorf, Steiermark, Austria, selama setengah tahun. Pada 3 Mei 1997, ia ditahbiskan menjadi imam Katolik di Rumah Misi SVD Sankt Gabriel, Wina, Austria.
Pada tahun 1997-1998, Markus melanjutkan tugasnya sebagai Pastor Pembantu di Paroki Santo Maximilian, Bischofshofen, Salzburg, Austria. Setelah menyelesaikan tugasnya di Bischofshofen pada 1999, ia mendapat penugasan baru dari pimpinan Serikat SVD di Austria.
Sambil menyelesaikan studi doktoralnya, ia terus melayani di Paroki Schwaz dan Paroki Sankt Jodok dan Schmirn di Provinsi Tirol. Dengan dasar akademis yang kuat, Markus kembali ke Wina dan diberi kepercayaan oleh Kardinal Christoph Schönborn untuk memperkuat dialog antara umat Katolik dan umat Islam di kota tersebut.
Pada 2006, Kardinal Schönborn mengangkat Pastor Markus sebagai Rektor Institut Internasional Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di Wina. Tak lama kemudian, kemampuan Markus dalam dialog lintas agama mendapat perhatian dari Takhta Suci Vatikan.
Ia kemudian diminta untuk bergabung sebagai staf penasehat di Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue, PCID) di Vatikan. Pada Juli 2007, Markus resmi menjadi anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan.
Di sana, ia bertanggung jawab khusus untuk menangani Desk Dialog Konflik Katolik-Islam di wilayah Asia dan Pasifik. Pada tahun 2015, Markus diberikan tanggung jawab baru sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate.
Yayasan tersebut memiliki peran penting dalam memajukan Pendidikan Perdamaian dan membentuk duta perdamaian dari berbagai agama non-Kristiani. Selain itu, Markus juga dipercaya sebagai pembawa liturgi dalam acara seremonial Paus Fransiskus di Vatikan.