Ntvnews.id, Jakarta - Mimpi buruk (nightmares) terkait Kecerdasan Buatan (AI) sering disampaikan pakar teknologi, berkaitan dengan ketakutan manusia kehilangan kontrol, kehilangan pekerjaaan, ancaman pada keamanan data, dampak sosial negatif mengganggu aktivitas rutin manusia, seperti peretasan Pusat Data Nasional Indonesia baru baru ini.
Banyak para ahli dan korporasi menggunakan AI, meyakini sebagai penggerak transformasi organisasi mencapai keunggulan daya saing; bahkan disejajarkan dengan temuan Listrik, Mesin Uap, Kereta Api 200 tahun lalu. Penemuan listrik hingga internet, membawa kemajuan luar biasa bagi peradaban manusia (Lee & Trimi, 2018). Sekarang, ada trend menggemparkan dunia, yaitu teknologi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI).
AI menjadi penggerak utama meningkatkan produksi dan efisiensi tiap pekerjaan, dengan cara bekerja lebih produktif dan efisien. Seperti penemuan listrik, mesin uap, kereta api dan mobil yang mengubah cara kita hidup, AI berpotensi sama membawa perubahan revolusioner pada berbagai industri.
Namun ditengah penggunaan AI yang meluas, tiba tiba muncul mimpi buruk terkait AI dengan ketakutan kehilangan kontrol dari kegiatannya, kebocoran data seperti dugaan kebocoran data paspor 34 juta penduduk indonesia, kehidupan pribadi dan dampak sosial lainnya.
Contoh ketakutan di atas disebut mimpi buruk etis (ethical nightmares). Hal itu merujuk pada tantangan yang dihadapi pelbagai pihak, terkait dampak etis dari teknologi baru, terutama kemampuan otomatisasi dari AI. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan akibat penggunaan teknologi tidak bertanggung jawab atau tidak pertimbangkan konsekuensi etis, menurut Blackman (2024).
Mimpi buruk banyak, ada banyak contoh: (1) Gambar muka orang dipakai dengan AI sebagai pengganti muka orang kriminal, sehingga orang baik dikejar polisi; (2) Data deposito bank orang, diambil orang lain pemakai AI Selain mimpi buruk etis akibat penggunaan teknologi AI yang merambah dalam kehidupan sehari hari, masih ada mimpi buruk digital ( digital nightmares) lainnya yang dirasakan masyarakat dalam bentuk mimpi buruk digital (Ahmad DKK, 2023) yang mencerminkan tantangan pada individu, organisasi, masyarakat akibat berbagai inovasi teknologi AI.
Mimpi buruk digital (digital nightmares) bisa dari beberapa sumber terkait dengan teknologi AI. Diantaranya: Kehilangan Pekerjaan yang diganti otomatisasi AI, Kekhawatiran Kehilangan Kontrol karena diteruskan oleh AI, Peretasan dan Keamanan Siber, Kehilangan Privasi dari Penggunaan Data Tanpa Izin, Manipulasi, Risiko AI kebablasan otomatisnya. Ini sdh terjadi di Indonesia.
Ketakutan ini mencerminkan kekhawatiran yang seiring perkembangan teknologi AI. Meskipun beberapa mimpi buruk sudah terjadi, penting dicatat masyarakat ada yang menyadari masalah ini dan berusaha mengatasinya. Regulasi dan kebijakan lebih baik serta pendekatan etis dalam pengembangan AI, membantu mengurangi dampak negatif dengan memanfaatkan positif dari teknologi ini.
Berikut ini beberapa poin mencerminkan pendekatan proaktif memastikan pemanfaatan teknologi baru seperti AI sambil menghindari masalah mimpi buruk etis yang dapat merugikan individu, komunitas, atau masyarakat sebagai berikut:
Pertama, organisasi perlu pengembangan pedoman etika: dalam penggunaan teknologi, termasuk pertimbangan dampak sosial dan implikasi etikanya.
Kedua, transparansi dan akuntabilitas untuk mencipta sistem transparan guna memahami fungsi teknologi AI. Juga, harus ada akuntabilitas bagi perusahaan atau individu yang menggunakan teknologi.
Ketiga, keterlibatan multi stakeholder, dengan mengajak berbagai pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, dan praktisi industri, pada pemakaian AI untuk mendapatkan perspektif yang yang bertanggung jawab.
Keempat, pengujian dan ketat evaluasi, sebelum peluncuran teknologi, dilakukan uji coba dan evaluasi mengidentifikasi potensi risiko etis dan dampak negatif. Ini membantu antisipasi dan mengurangi masalah yang mungkin timbul.
Kelima, kedalaman pendidikan dan pelatihan, organisasi perlu memberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup kepada karyawan tentang etika teknologi dan dampaknya, agar lebih sadar dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan terkait teknologi.
Keenam, kepatuhan terhadap regulasi yang ada, mengenai penggunaan data dan teknologi, akan membantu mengurangi risiko perilaku yang tidak etis. Terakhir, ketujuh, fokus pada kemanusiaan, mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dalam pengembangan dan penggunaan teknologi, memastikan teknologi tersebut meningkatkan kesejahteraan manusia, bukan merugikan.
Mengapa AI dikembangkan saat ini? Ada beberapa alasan penting khususnya bagi korporasi, bisnis, perusahaan, pendidikan, usaha kecil/ukm :
1. Efisiensi dan Produktivitas: AI dapat otomatisasi tugas rutin dan berulang, lalu karyawan fokus pekerjaan strategis. Misalnya belanja daring, otomatisasi jalan tol, online taxi/taxi daring seperti grab, blue bird.
2. Pengambilan Keputusan Lebih Baik: AI dapat menganalisis data jumlah besar dengan cepat dan akurat, memberikan wawasan lebih baik untuk pengambilan keputusan. Misalnya memprediksi jumlah turis masuk ke Indonesia agar menyiapkan hotel dan fasilitas lainnya.
3. Inovasi Produk dan Layanan: AI memungkinkan perusahaan menciptakan produk dan layanan baru yang lebih memenuhi kebutuhan konsumen. Contohnya, aplikasi Kesehatan di rumah sakit besar di Indonesia menggunakan AI untuk diagnosis lebih awal.
4. Personalisasi Pengalaman Pengguna: AI memberikan pengalaman yang lebih personal kepada pelanggan. Misalnya, rekomendasi hotel-hotel di Indonesia dengan AI menyesuaikan preferensi tamu untuk meningkatkan kepuasan.
5. Keunggulan Kompetitif: Di era digital sekarang, perusahaan mengintegrasi solusi berbasis AI memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan dibandingkan dengan pesaing yang belum memanfaatkan teknologi ini. Contoh, pesan kamar hotel secara online lebih murah dibanding manual.
6. Penghematan Biaya: AI meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi kesalahan manusia, agar tetap kompetitif di pasar. Contoh belanja secara daring, mobile banking.
7. Responsif terhadap Perubahan Pasar: AI membantu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan preferensi konsumen dan dinamika pasar, sehingga tetap relevan. Misalnya trend kebutuhan makanan dan minuman 9 bahan pokok di Indonesia.
8. Mendukung Keberlanjutan: AI diimplementasikan untuk mencapai tujuan keberlanjutan, seperti pengurangan limbah dan efisiensi energi, yang semakin penting pada masa kini menuju dunia yang ramah lingkungan( net zero emissions pada tahun 2045 di Indonesia).
Biasanya teknologi yg baru masuk ke pasar, pengguna/end-user sedikit curiga dampak negatifnya. Ketika listrik masuk ke pasar, orang takut kena setrum yang mencelakai. Namun proteksi dengan teknologi isolasi dan pengaman lainnya, ketakutan itu dicegah seminimum mungkin.
Listrik menjadi sahabat. Demikian juga nuklir. Teknologi nuklir mematikan banyak manusia oleh radiasinya pada perang dunia kedua. Namun, teknologi pula ditemukan meminimalkan radiasi. Penggunaan teknologi merambah luas, 70% energi listrik di Perancis dari teknologi nuklir. Juga pengobatan kesehatan, kosmetik bersumber dari teknologi nuklir. Nuklir menjadi sahabat.
Kesimpulan: listrik dan nuklir menjadi sahabat manusia yg akrab. Diharapkan AI dalam waktu tidak lama menjadi sahabat manusia yang jauh dari mimpi buruk, sehingga AI menjadi penggerak utama meningkatkan produksi dan efisiensi tiap pekerjaan, dengan cara bekerja lebih produktif dan efisien. Seperti penemuan listrik, mesin uap, kereta api dan mobil yang mengubah cara kita hidup, AI berpotensi sama membawa perubahan revolusioner pada berbagai industri.
Oleh: Manerep Pasaribu