Ntvnews.id, Jakarta - Ada tiga pesan utama yang dibawa Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Indonesia, 3-6 September 2024 yaitu kasih sayang, perdamaian dan kesederhanaan.
Tiga pesan tersebut terasa sangat relevan dengan kondisi yang terjadi di Tanah Air saat ini. Khususnya soal kesederhanaan. Pasalnya, pamer kemewahan kini seolah hal yang lumrah dilakukan bahkan oleh orang-orang yang menduduki jabatan publik.
Menurut Cendikiawan Muslim Komarudin Hidayat saat tampil menjadi bintang tamu dalam acara DonCast di NusantaraTV, Kamis (5/9/2024) yang dipandu oleh dua jurnalis senior NusantaraTV, Don Bosco Selamun dan Donny de Keizer, kehadiran Paus di Indonesia menunjukkan bahwa pemimpin yang sederhana itu bukan mitos. Nyata adanya.
"Sebenarnya di masa lalu kita juga banyak memiliki figur-figur yang seperti Paus," kata Komarudin Hidayat.
Ia menyebut para pendiri negara adalah orang-orang yang sederhana.
Lantas kenapa pemimpin sekarang ini seolah menafikan pentingnya keserdahanaan?
"Artinya kalau sekarang terjadi seperti itu. Dia tidak paham sejarah. Tidak memahami amanat kemerdekaan. Atau sebuah deviasi atau memang ternyata politisi kita sekarang ini jangan-jangan sebagian kualitasnya kaleng-kaleng dianding generasi awal," ujar Komarudin Hidayat.
Komarudin Hidayat menyampaikan ada satu loncatan tahapan yang belum disadari oleh masyarakat Indonesia. Bahwa sebelum ada negara, masyarakat Indonesia hidup pada tahapan society.
"Sebelum ada negara yang ada kan raja-raja kecil sultan-sultan, society. Begitu lahir negara. Perlu diingat. Satu negara itu anak kandung masyarakat. Jangan sampai jadi Malin Kundang," tandasnya
"Kedua, negara itu punya legalitas menguasai seluruh aset. Berhak membentuk undang-undang, lembaga. Sekian banyak PPK, KPK polisi dan tentara. Tapi yang menjadi masalah apa ketika negara berhak mengumpulkan aset ini dan negara membentuk pemerintahan," tambahnya.
Komarudin lebih lanjut menuturkan, Pemerintah itu adalah satu perpanjangan tangan rakyat dan pelaksanaan negara. Maka kemudian ada demokrasi, ada pemilihan.
"Pemilihan ini kan sesungguhnya mempertemukan mandat negara dan aspirasi rakyat. Menjadi persoalan ketika pemilihan itu entah DPR atau partai legislatif ada predator yaitu oligarki. Jadi parpol itu betulkah wakil rakyat atau dia instrumen oligarki? Itu pertanyaannya," beber Komarudin.
"Kalau ada oligark yang ingin menguasai parpol. Emang gratisan. Dia itu filantropis atau dia punya kalkulasi?" tandasnya.
Kembali ke soal kunjungan Paus ke Indonesia, kata Komarudin, kesederhanaan yang ditunjukkan Pemimpin Gereja Katolik se-Dunia itu seolah 'menampar' orang-orang yang memuja-muja kekuasaan dan kemewahan.
"Karena ini mengingatkan kita bahwa Paus itu engga punya apa-apa. Dirinya itu betul-betul diwakafkan untuk rakyat. Pemimpin kita juga harusnya seperti itu," kata Komarudin.
"Kita semua tertampar. Karena pesan Paus itu kan kasih sayang, perdamaian dan cinta kasih. Pertanyaannya memang kita krisis itu. Dalam masyarakat tidakm Yang membuat narasi langit Indonesia heboh kan para pemburu-pemburu kekuasaan itu," pungkasnya.