Ntvnews.id, Jakarta - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror berhasil menangkap tujuh orang yang diduga melakukan provokasi di media sosial terkait kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta.
Ketujuh pelaku berinisial HFP, LB, DF, FA, HS, ER, dan RS, ditangkap di berbagai wilayah, yakni Bangka Belitung, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Baca Juga:
Jika Kotak Kosong Menang di Pilkada 2024, Daerah Itu akan Dipimpin PJ Gubernur Sampai 2029
MIND ID Perluas Aliansi, Siap Jadi Penentu Harga Global
Menurut pernyataan resmi dari Densus 88, para pelaku ini terlibat dalam aktivitas provokatif di media sosial yang berpotensi memicu kericuhan terkait kedatangan Paus Fransiskus.
Berikut adalah peran masing-masing pelaku:
1. HFP – Menginstruksikan pendokumentasian protokol keamanan Masjid Istiqlal menjelang kedatangan Paus ke Jakarta.
2. LB – Mengunggah komentar berisi gambar bom di akun Instagram Tempo yang memberitakan kunjungan Paus.
3. DF – Menyebarkan narasi serangan terhadap kegiatan kunjungan Paus melalui media sosial.
4. FA – Menghasut untuk membakar tempat ibadah saat kunjungan Paus berlangsung di Jakarta.
5. HS – Melakukan provokasi di kolom komentar akun YouTube Komsos Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).
6. ER – Menggunakan akun Facebook dengan nama "ABU MUSTAQIIM" untuk menyebar kalimat provokatif terkait kunjungan tersebut.
7. RS – Melakukan provokasi di TikTok pada Kamis, 5 September 2024.
Lihat postingan ini di Instagram
Tindakan para pelaku ini dianggap berbahaya karena memicu kebencian dan mengancam keamanan acara kunjungan Paus Fransiskus. Densus 88 bergerak cepat setelah mendeteksi aktivitas mereka di berbagai platform media sosial dan segera menindaklanjuti dengan penangkapan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta adalah bagian dari upaya mempererat hubungan antaragama dan mendorong perdamaian di dunia. Namun, provokasi semacam ini berpotensi menodai acara bersejarah tersebut.
Dengan adanya penangkapan ini, Densus 88 menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau aktivitas yang berpotensi merusak stabilitas nasional, terutama yang berkaitan dengan keamanan negara.
Ketujuh pelaku saat ini sedang dalam proses pemeriksaan untuk mengungkap motif dan jaringan yang mungkin terkait dengan aksi mereka.