Ntvnews.id, Jakarta - Serangan udara Israel menghantam daerah pinggiran Beirut, ibu kota Lebanon, pada Jumat, 20 September 2024 waktu setempat, mengakibatkan sedikitnya 14 orang tewas, termasuk seorang komandan tinggi Hizbullah dan pejabat senior kelompok tersebut.
Dilansir dari reuters, Minggu, 22 September 2024, Mmnurut militer Israel dan sumber keamanan Lebanon, komandan Hizbullah bernama Ibrahim Aqil tewas bersama beberapa anggota senior unit elite Hizbullah, Radwan, dalam serangan itu.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka melakukan "serangan yang ditargetkan" terhadap Aqil, yang juga mengklaim menewaskan 10 komandan senior Radwan lainnya.
Baca Juga: Ledakan Walkie Talkie Kini Tewaskan 20 Orang di Lebanon
Aqil dikenal sebagai pelaksana tugas (Plt) komandan unit pasukan khusus Radwan. Sumber yang dekat dengan Hizbullah menyebutkan bahwa Aqil sedang menghadiri "rapat dengan para komandan" senior Hizbullah saat serangan terjadi.
Hizbullah mengonfirmasi kematian Aqil pada tengah malam Jumat (20/9) dan memujinya sebagai "salah satu pemimpin besar mereka."
Dalam pernyataannya, Hizbullah menyebut Aqil terbunuh di daerah Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, dalam apa yang mereka sebut "pembunuhan berbahaya oleh Israel."
Sejumlah wartawan AFP di lokasi melaporkan bahwa serangan udara tersebut menyebabkan ledakan besar yang meninggalkan lubang di tanah dan merusak lantai bawah sebuah gedung tinggi di pinggiran selatan Beirut.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan udara tersebut menewaskan setidaknya 14 orang dan melukai 66 lainnya, sembilan di antaranya dalam kondisi kritis.
Baca Juga: Perang Makin Dekat, AS Minta Warganya Tinggalkan Lebanon!
Otoritas Beirut memperkirakan jumlah korban tewas mungkin akan bertambah, karena tim penyelamat masih mencari di lokasi serangan.
Serangan udara ini merupakan pukulan terbaru bagi Hizbullah setelah serangkaian ledakan perangkat komunikasi mengguncang Lebanon selama dua hari berturut-turut. Dalam insiden tersebut, pager dan walkie-talkie yang digunakan anggota Hizbullah meledak secara massal.
Total, 37 orang tewas dan hampir 3.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Israel diduga kuat sebagai pihak yang bertanggung jawab atas ledakan perangkat komunikasi tersebut, meskipun negara itu belum memberikan komentar.