Ntvnews.id, Jakarta - Beberapa negara di Asia menjadi perhatian karena mengalami resesi demografi yang menyebabkan penurunan drastis dalam tingkat kelahiran, bahkan memicu keadaan darurat nasional.
Salah satunya adalah Korea Selatan, yang menghadapi darurat nasional karena tingkat kelahirannya turun drastis menjadi 0,72 pada tahun 2023.
Dilansir dari Financial Times, Kamis, 16 Mei 2024, menyebutkan jika tren ini berlanjut, diperkirakan populasi Korea Selatan akan menyusut menjadi setengahnya pada tahun 2100, hanya tinggal 24 juta orang.
Selain Korea Selatan, negara-negara lain di Asia Timur seperti China dan Jepang juga mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kelahiran.
Ilustrasi kaki bayi (Pixabay )
Tidak hanya terbatas di Asia Timur, resesi demografi juga terjadi di Asia Tenggara, khususnya di Thailand dan Singapura.
The Straits Times melaporkan tingkat kelahiran di Thailand hanya 1,16 nyaris di semua provinsi pada 2022. Ahli pun memprediksi populasi Thailand bisa menyusut menjadi 33 juta dari 66 juta pada 2083 jika kondisi ini terus berlangsung.
"Jumlah penduduk Thailand akan turun dari 66 juta menjadi 33 juta pada 2083. Populasi usia kerja (usia 15 hingga 64 tahun) akan turun dari 44 juta menjadi hanya 14 juta," kata spesialis demografi Kue Wongbunsin.
"Jumlah anak-anak (0-14 tahun) akan turun dari 10 juta menjadi hanya satu juta, sedangkan lansia (berusia 65 tahun ke atas) akan meningkat dari delapan juta menjadi 18 juta, yang merupakan 50 persen dari total populasi negara ini," lanjut dia.
Singapura, sementara itu, mencatat rekor tingkat kelahiran terendah sejak 1960 yakni 1.05 pada 2022.
Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA) Singapura mencatat sebanyak 7,9 persen penurunan jumlah kelahiran bayi dari tahun sebelumnya. Pada 2021, ada 38.672 kelahiran di negara itu, sementara pada 2022 turun menjadi 35.605 kelahiran.\
Ilustrasi Bayi (Istimewa)
Masalah resesi seks di Thailand pada akhirnya membuat pemerintah Negeri Gajah Putih mulai serius mengatasi hal ini.
Menteri Kesehatan Thailand Cholnan Srikaew awal tahun ini mengatakan penurunan tingkat kelahiran akan menjadi agenda nasional prioritas, demikian dikutip dari Bangkok Post.
Sementara itu di Singapura, persoalan ini bukanlah hal baru. Pemerintah Singapura sudah menerapkan beberapa langkah untuk memitigasi dampak dari masalah ini selama beberapa tahun terakhir.
Mengutip Business Times, pemerintah Singapura pada Februari tahun lalu mengumumkan rencana untuk mendukung mereka yang memiliki keinginan menikah dan menjadi orang tua.
Dukungan itu termasuk pengajuan rumah susun Build-To-Order, hadiah uang tunai dan hibah, hingga cuti ayah yang diperpanjang empat minggu dan dibayar pemerintah.