Fenomena 'Bulan Kembar', Ini Penjelasan BRIN

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 25 Sep 2024, 09:28
Alber Laia
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Ilustrasi Bulan. Ilustrasi Bulan. (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan fenomena yang disebut sebagai "bulan kembar," di mana beberapa orang mengira mereka melihat dua bulan di langit secara bersamaan.

Namun, menurut periset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin menjelaskan istilah ini tidak sepenuhnya tepat.

Baca Juga:

Kapten Timnas U-20 Dony Tri Pamungkas Optimis Jelang Laga Kualifikasi Piala Asia U-20 2025 Melawan Maladewa

Real Madrid Menang Dramatis 3-2 atas Alaves, Pertahankan Tren Positif di LaLiga

Dalam keterangannya ia mengatakan bahwa satu-satunya satelit alami Bumi yang terlihat dengan mata telanjang adalah Bulan. Namun, di beberapa kesempatan, benda langit lain seperti asteroid dapat terperangkap oleh gravitasi Bumi.

Ilustrasi Bulan. <b>(Pixabay)</b> Ilustrasi Bulan. (Pixabay)

"Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang. Namun, pada periode tertentu, objek lain seperti asteroid dapat terperangkap dalam gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi Bumi. Objek ini sering disebut sebagai 'bulan mini' atau 'mini moon'," katanya dikutip dari Antara.

Meski ada kehebohan di media sosial terkait "bulan kembar," Thomas menegaskan bahwa Bulan tetaplah satu-satunya satelit alami besar yang mengelilingi Bumi secara konstan. Namun, ada fenomena menarik yang sedang terjadi, yakni keberadaan asteroid yang dikenal dengan kode 2024 PT5, yang tertangkap oleh gravitasi Bumi selama periode singkat.

Asteroid 2024 PT5 akan terjebak dalam orbit Bumi mulai dari 29 September hingga 25 November 2024. Meskipun beberapa media menyebutnya sebagai "bulan mini," Thomas menekankan bahwa asteroid ini bukan bulan kedua.

"Asteroid ini bukan bulan kedua, tetapi karena terjebak sementara dalam orbit Bumi, beberapa media menyebutnya sebagai 'bulan mini'," ujarnya.

Ukuran asteroid ini pun sangat kecil, hanya sekitar 10 meter, jauh lebih kecil dibandingkan Bulan. Dengan ukurannya yang kecil, asteroid ini tidak mungkin terlihat seperti Bulan Purnama yang biasa kita lihat di langit malam. Selain itu, orbitnya tidak berbentuk lingkaran sempurna, hanya akan sekali mengelilingi Bumi sebelum akhirnya terlepas kembali.

"Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bulan, jadi tidak mungkin terlihat seperti bulan purnama yang kita lihat di langit. Orbitnya juga tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan akan sempat dan hanya sekali mengelilingi Bumi sebelum akhirnya lepas kembali ke orbit asalnya mengelilingi Matahari," ujarnya.

Thomas memastikan bahwa asteroid 2024 PT5 tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi. Bahkan jika asteroid ini memasuki atmosfer Bumi, ia kemungkinan besar akan terbakar habis, dan sisanya akan jatuh di wilayah yang tidak berpenghuni.

"Asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan tidak berbahaya. Asteroid seukuran itu pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009. Namun, karena orbitnya terjebak di gravitasi Bumi untuk sementara waktu, ia dianggap menarik untuk diamati oleh para astronom," katanya.

x|close