Cibiran Nama Mulyono pada Jokowi: BHM: Dianggap Tidak Mulia Lagi karena...

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Sep 2024, 11:35
Ramses Manurung
Penulis & Editor
Bagikan
Jurnalis senior Bambang Harymurti dalam acara DonCast di NusantaraTV/tangkapan layar NTV Jurnalis senior Bambang Harymurti dalam acara DonCast di NusantaraTV/tangkapan layar NTV

Ntvnews.id, Jakarta - Di penghujung kekuasaannya kini banyak orang lebih suka menyebut nama Mulyono yang merupakan nama kecil Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun penyebutan nama Mulyono untuk Jokowi terkesan kuat bernada mencemooh. Lantas kenapa Jokowi sampai dicemooh?

Jurnalis senior Bambang Harymurti yang akrab disapa BHM menjelaskan buat orang Jawa nama Mulyono itu maknanya sangat dalam. Namun namanya waktu kecil diganti karena dianggap nama itu berat buat anak itu. Kurang cocok sehingga harus diganti dengan yang lebih ringan.

"Mulyono itu kan artinya orang yang dimuliakan," ujar BMH saat menjadi bintang tamu acara DonCast di NusantaraTV yang dipandu dua jurnalis senior NusantaraTV, Don Bosco Selamun dan Mona Chandra, Kamis (27/9/2024).

Dalam konteks politik pengertian 'Mulyono' menjadi buruk karena dipicu tindakan cawe-cawe Jokowi mendorong anaknya menjadi Cawapres dengan menyelingkuhi hukum di MK. Jokowi kembali memainkan politik nepotistik dengan memasukan anak bungsunya dan lagi-lagi dengan menyelingkuhi hukum lewat MA.

BHM mengatakan sebenarnya buat orang Jawa nepotisme secara budaya bukan satu hal yang buruk. Karena ada pakem bibit, bebet dan bobot. Sehingga anak raja bisa jadi raja. Namun yang dipermasalahkan publik adalah cara membentuk nepotismenya.

"Berapa hari yang lalu saya naik taksi. Dia heran Jokowi dalam mendorong anaknya sampai peraturan diubah, undang-undang diubah. Jadi caranya itu sebetulnya. Cara membentuk nepotismenya itu yang orang bawah pun jadi mempertanyakan," tutur BHM.

Karena itu, kata BHM, Mulyono jadi cibiran dan dianggap tidak mulia lagi.

"Karena caranya dianggap curang atau kalau bahasa yang lebih keras orang bilang culas. Ibaratnya kalau main bola supaya gol nendangnya gawangnya dipindah," ujarnya.

Di sisi lain, meski kini ramai menuai ejekan karena dinilai merusak demokrasi. Survei Jokowi dalam hal kepuasan publik itu masih sangat tinggi. Sangat berbeda Presiden SBY jelang lengser.

Menurut BHM, tingginya survei kepuasan publik pada Jokowi karena survei dilakukan pada mayoritas penerima bantuan sosial. Dan salah satu kecerdikan Jokowi dalam mengakali survei ini dia bilang pada BPS kalau survei harus dilakukan setelah kegiatan bansos.

Sementara bagi masyarakat yang tidak menerima bansos. Mereka merasakan ekonomi makin susah. Susah cari kerja, gelombang PHK.

Itu sebabnya, banyak pakar politik mengatakan Jokowi itu seorang Machiaveli. Menghalalkan segala cara untuk sebuah kekuasaan tapi populis.

"Seperti Eva Peron di Argentina yang terkenal lewat lagu Don't Cry for Me Argentina. Argentina itu dari negara yang termasuk tujuh terkaya di dunia sampai menjadi sekarang negara Latin miskin. Sudah bangkrut dua kali. Karena Peron membuat kebijakan-kebijakan yang membuatnya sangat populer di kalangan rakyat miskin. Sehingga negara itu jadi bangkrut," ungkap BHM.

BHM menyebut kondisi yang ditinggalkan Jokowi menjadi ujian kepemimpinan bagi Prabowo.

"Karena Prabowo harus mengatakan ke rakyat kita susah dulu sebentar untuk menyelesaikan semua kebangkrutan ini. Puasa lah. Ngajak orang puasa supaya kita bukanya enak. Itu ujian pemimpinan Prabowo yang berat. Apalagi kalau saat ujian ini tahu-tahu mantan ini bilang hal-hal yang enak," kata BHM.

Terkait aksi Kaesang Pangarep yang memakai jaket bertuliskan Putra Mulyono saat blusukan. BHM mengatakan jika memang berani sekalian saja Gibran memakai jaket dengan tulisan 'Saya Fufufafa yang asli.

"Sekalian saja ya kan," tandasnya.

x|close