Profil Sayyed Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Tewas Ditangan Israel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Sep 2024, 09:15
Deddy Setiawan
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Sayyed Hassan Nasrallah Sayyed Hassan Nasrallah (AP)

Ntvnews.id, Beirut - Hizbullah mengonfirmasi bahwa sekretaris jenderalnya, Hassan Nasrallah, telah tewas dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Jumat, 27 September 2024. Kelompok berbasis di Lebanon ini berkomitmen untuk terus melawan Israel demi mendukung Palestina dan mempertahankan Lebanon.

"Yang Mulia Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah menyusul para sahabat martirnya yang mulia dan abadi, yang ia pimpin selama hampir 30 tahun, membawa mereka dari satu kemenangan ke kemenangan lainnya," demikian pernyataan Hizbullah, mengutip Al Jazeera.

Nasrallah telah lama menjadi target bernilai tinggi bagi Israel, yang telah mencoba beberapa kali membunuhnya dalam konflik bersenjata sebelumnya, tetapi upaya-upaya tersebut selalu gagal.

Profil Sayyed Hassan Nasrallah

Sejak 1995, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah memasukkan Nasrallah ke dalam daftar teroris internasional, dengan hadiah hingga USD 10 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi yang dapat menyebabkan penangkapannya atau lokasi keberadaannya.

Baca Juga: Hizbullah Tembakan Rudal ke Wilayah Penting Israel Ini

Berdasarkan laporan kantor berita Anadolu, Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960 di Desa Bazouriyeh, dekat Tyre di Lebanon selatan. Dia menikah dengan Fatima Yassin dan memiliki lima anak: Hadi, Zeinab, Mohammad Jawad, Mohammad Mahdi, dan Mohammad Ali.

Anak pertamanya, Hadi, tewas dalam bentrokan dengan tentara Israel di Lebanon selatan pada 1997. The Jerusalem Post juga melaporkan bahwa anak keduanya, Zeinab, meninggal dalam serangan yang sama yang membunuh Nasrallah.

Nasrallah menempuh pendidikan agama di seminari muslim Syiah di Lebanon, Irak, dan Iran. Dia terlibat dalam Gerakan Amal yang bersifat politis saat masih di sekolah menengah atas dan pada tahun 1979 naik jabatan di biro politik gerakan tersebut.

Pada 1982, di tengah perbedaan pandangan tentang cara menghadapi invasi Israel ke Lebanon, Nasrallah dan beberapa rekannya meninggalkan Amal dan bergabung dengan Hizbullah, sebuah kelompok yang baru dibentuk. Tugasnya adalah memobilisasi para pejuang di Lembah Bekaa, Lebanon.

Pada 1985, Nasrallah pindah ke Beirut dan menjadi wakil kepala wilayah tersebut, kemudian mengambil peran sebagai kepala eksekutif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan dewan syura kelompok itu.

Pemimpindin Hizbullah Tiga Dekade

Sayyed Hassan Nasrallah <b>(AFP)</b> Sayyed Hassan Nasrallah (AFP)

Nasrallah diangkat sebagai sekretaris jenderal Hizbullah pada 16 Februari 1992, setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, tewas dalam serangan udara Israel.

Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah melancarkan berbagai operasi strategis terhadap Israel, yang puncaknya terjadi pada tahun 2000 ketika Israel menarik pasukannya dari Lebanon selatan setelah 22 tahun pendudukan.

Pada 2004, Nasrallah berperan penting dalam negosiasi pertukaran tahanan besar-besaran dengan Israel, yang menghasilkan pembebasan ratusan tahanan Lebanon dan Arab.

Baca Juga: Drone Hizbullah Intai Rumah Benjamin Netanyahu, Mau Dibom?

Keberhasilannya dalam mendorong penarikan Israel dari Lebanon selatan memberinya gelar "pemimpin perlawanan," terutama setelah bentrokan Hizbullah dengan Israel dalam Perang Lebanon 2006.

Pidatonya yang penuh semangat dan tekad untuk melawan serangan Israel, terutama dalam membela rakyat Palestina, semakin meningkatkan popularitasnya di dunia Arab dan Islam.

Namun, popularitas Nasrallah menurun akibat dukungan Hizbullah terhadap rezim Suriah dalam perang saudara yang dimulai pada 2011.

Popularitasnya kembali meningkat setelah Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan oleh faksi-faksi Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam, pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang terbaru di Jalur Gaza.

Nasrallah kemudian membuka front di Lebanon selatan untuk mendukung perlawanan Palestina dan berjanji dalam beberapa pidato bahwa Hizbullah akan terus menyerang Israel hingga perang di Gaza berakhir.

Pembunuhan Nasrallah terjadi ketika Prancis dan AS berusaha menengahi gencatan senjata sementara selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, dengan tujuan menciptakan solusi diplomatik untuk konflik di Lebanon dan Gaza.

x|close