Cerita Horor WNI Terjebak di Tel Aviv Saat Serangan Rudal Balistik Iran Hujani Israel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Okt 2024, 13:27
Ramses Manurung
Penulis & Editor
Bagikan
Iran kembali membombardir wilayah Israel dengan ratusan rudal balistik/tangkapan layar NTV Iran kembali membombardir wilayah Israel dengan ratusan rudal balistik/tangkapan layar NTV

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mendesak Israel menahan diri merespons serangan rudal balistik Iran yang dilancarkan Selasa (1/10/2024).

Selain menghadapi rudal Iran, Israel kini berperang di dua front dengan pertempuran di Lebanon Selatan dan jalur Gaza.

Israel kembali dihujani rudal dari Iran meski sebagian besar ditangkal sejumlah rudal balistik jatuh di Israel Selatan dan Tengah serta tepi barat. Serangan ini membuat jutaan warga di Israel mencari tempat berlindung termasuk diaspora Indonesia.

Seorang diaspora Indonesia di Tel Aviv termasuk yang cemas dengan serangan ini.

"Jarak tempuhnya itu cukup jauh karena bisa dikirim dari Iran sampai ke Tel Aviv dan juga balistik misil ini sering digunakan oleh Hizbullah dari Lebanon dan bisa mencapai Tel Aviv karena jarak tempuhnya cukup jauh. Dan menurut berita lokal di sini ketika kami melihat televisi ada sekitar 200 balistik misil yang diirim dari Iran. Dan itu membuat peringatan darurat atau Red Alert menyala di seluruh wilayah Israel dari utara ke selatan semuanya. Jadi ini bukan hal yang normal," Diaspora Indonesia di Tel Aviv, Asmaul Chusna seperti diberitakan NusantaraTV dalam program NTV Prime, Jumat (4/10/2024).

Asmaul mengaku terus menjalin komunikasi dengan diaspora Indonesia lain di Israel dan memantau aplikasi ponsel pemantau serangan udara.

"Jika dibandingkan dengan 7 Oktober lalu, mungkin 7 Oktober itu kita punya red alert cukup intens tapi tidak seintens ini. Karena ketika Red Alert sudah berbunyi dan sirine sudah berhenti dan juga peringatan dari aplikasi itu sudah berhenti juga," tuturnya.

Terpisah jurnalis VOA Yuni Salim melaporkan serangan Iran dilakukan sebagai pembalasan atas kematian sejumlah pemimpin kelompok proksi Iran termasuk pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah di Lebanon akhir September lalu dan pemimpin kelompok Palestina Hamas Ismail Hanieh saat berkunjung ke Teheran akhir Juli lalu.

"Sejauh ini Israel tidak mengakui berada di balik pembunuhan Hanieh. Serangan Israel juga dilakukan di tengah operasi darat terbatas di Lebanon Selatan," kata Yuni.

Sementara itu, Juru Bicara Militer Israel, Laksda Daniel Hagari menyatakan perang yang dilancarkan Israel bukan melawan rakyat Lebanon.

"Perang kami bukan dengan rakyat Lebanon. Melainkan dengan Hizbullah. Ini adalah pesan yang jelas bagi masyarakat internasional," tandas Daniel Hagari.

Israel mengatakan ofensif ke Libanon dilakukan untuk memungkinkan pemulangan sekitar 63.000 warga Israel Utara yang mengungsi sejak meletusnya perang Israel Hamas 7 Oktober.

Di sisi lain, International Institute for Counter Terrorism, Miri Eisin menyoroti kemampuan persenjataan Hizbullah.

"Fokus terbesar bagi saya sebagai orang yang melihatnya dari luar adalah persenjataan dan kemampuan yang dibangun Hizbullah di sepanjang perbatasan Utara Israel," ujar Miri.

Tapi sebagian analis menyangsikan strategi Israel.

Akademisi dari University of San Fransisco, Stephen Zunes menyatakan jika ingin menjaga keamanan warganya tidak ada pilihan lain bagi Israel selain menghentikan serangan di Gaza

"Israel berhenti membom Gaza, mereka berhenti menyerang Israel Utara. Jadi jika keamanan warga sipil Israel di Israel Utara benar-benar menjadi masalah, Israel hanya perlu menghentikan pengeboman di Gaza menarik pasukan dan mereka juga akan mendapatkan kembali para sandera," tandas Stephen.

Petinggi US Council of Muslim Organizations-USCMO, Oussama Jammal berkomentar seluruh rakyat Lebanon pasti akan menentang serangan militer yang dilakukan negara lain ke negaranya.

"Saat ini apapun yang terjadi, perbedaan diantara orang Lebanon. Kristen atau Muslim, Dursi, Sunni, Syiah Ortodoks atau Maronit, mereka semua mencintai negaranya Lebanon. Dan mereka tidak akan membiarkan negara asing mengganggu. Karena mereka telah mengalami selama bertahun- tahun negara lain datang dan memaksakan keinginannya pada rakyat Lebanon. Rakyat Lebanon akan melawan, mereka akan membela diri," pungkasnya.

Pemerintah Amerika Serikat telah menyerukan deeskalasi meski menegaskan kembali dukungan bagi hak Israel membela diri.

Pertempuran selama dua pekan telah melewaskan 1000 lebih orang.

x|close