Ntvnews.id, Moskow - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, meminta Iran dan Israel untuk menahan diri serta menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah segera melakukan gencatan senjata.
"Eskalasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini harus segera dihentikan, dan pertempuran di zona konflik Palestina-Israel harus dihentikan," ujarnya dalam sebuah konferensi di Moskow, dilansir dari Anadolu, Jumat, 4 Oktober 2024.
Ryabkov menekankan dampak mendalam dari krisis ini, yang menurutnya dipicu oleh kebijakan destruktif Israel dan Amerika Serikat.
Ia menyebutkan bahwa Moskow tidak berkomunikasi dengan Washington terkait situasi di Timur Tengah karena kedua negara memiliki "pendekatan yang berlawanan." Namun, Rusia memiliki "kontak paling dekat" dengan Iran.
Baca Juga: 2 Mata-mata Rusia DIjatuhi Hukuman Mengerikan
"Kami (Rusia dan Iran) memiliki pengalaman kerja sama yang sangat baik di berbagai bidang. Saya pikir hari ini adalah momen ketika hubungan ini sangat penting," jelas Ryabkov.
Pada malam 1 Oktober, Korps Garda Revolusi Islam (ISRG), unit elit Angkatan Bersenjata Iran, meluncurkan serangan besar-besaran dengan rudal balistik dan hipersonik ke Israel sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah.
Teheran mengklaim bahwa 90 persen rudal mereka berhasil mencapai sasaran, sementara Israel melaporkan bahwa sebagian besar rudal tersebut berhasil dicegat.
Verifikasi independen atas klaim-klaim ini sulit dilakukan karena konflik yang terus berlangsung.
Baca Juga: Rusia Kena Tuduhan ‘Nyeleneh’ Soal Pemilu AS
Ryabkov juga mengomentari keputusan Israel yang menyatakan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebagai persona non grata. Ia menyebut tindakan itu sebagai bentuk pengabaian terhadap sistem internasional.
"Kita berhadapan dengan cerminan pengabaian yang arogan terhadap dasar-dasar fungsi sistem internasional. Hal ini sangat disesalkan," tegasnya.
Pada 2 Oktober, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, melarang Guterres memasuki Israel dan menyatakannya sebagai persona non grata karena "kurangnya kecaman atas serangan Iran terhadap Israel."