Ntvnews.id, Beijing - Untuk pertama kalinya sejak 1950-an, Tiongkok berencana menaikkan usia pensiun di tengah menurunnya jumlah tenaga kerja dan keterbatasan anggaran pensiun. Usia pensiun pria akan dinaikkan dari 60 menjadi 63 tahun, sedangkan untuk perempuan, yang bekerja di pekerjaan berat akan dinaikkan dari 50 menjadi 55 tahun, dan bagi pekerja kantoran dari 55 menjadi 58 tahun.
Dilansir dari DW, Senin, 7 Oktober 2024, perubahan ini akan dilakukan bertahap setiap beberapa bulan selama 15 tahun mulai awal 2025, menurut laporan kantor berita Xinhua. Pensiun dini tidak akan diperbolehkan, meskipun individu dapat memilih untuk menunda pensiun hingga tiga tahun.
Aturan yang Terlambat?
Saat ini, usia pensiun di Tiongkok merupakan salah satu yang terendah di dunia. Meski aturan baru mulai berlaku, usia tersebut masih lebih rendah dibandingkan negara maju lainnya seperti Jerman.
Baca Juga: Rugikan UMKM, Pemerintah Larang Platform Asal China Temu Masuk RI
Yi Fuxian, pakar demografi di University of Wisconsin-Madison, menyebutkan bahwa jika kebijakan ini diterapkan 20 tahun lalu, masalah populasi menua mungkin bisa dihindari. Pada tahun lalu, angka kelahiran di Tiongkok mencapai titik terendah dengan 6,39 kelahiran per 1.000 orang, dan populasi turun lebih dari 2 juta orang selama dua tahun berturut-turut.
Upaya pemerintah mendorong pernikahan dan kelahiran anak masih belum efektif, terutama karena banyak perempuan muda merasa tidak yakin untuk memiliki anak di tengah perlambatan ekonomi.
Eli Friedman, ahli politik tenaga kerja di Cornell University, menyatakan bahwa menaikkan usia pensiun mungkin tidak akan membantu menyelesaikan masalah kontraksi tenaga kerja. Ia juga mengingatkan bahwa peran penting kakek-nenek dalam pengasuhan anak bisa terhambat jika mereka harus bekerja lebih lama.
Sistem Jaminan Sosial yang Kekurangan Dana
Selain itu, kebijakan baru ini mengharuskan karyawan berkontribusi lebih lama ke sistem jaminan sosial untuk mendapatkan pensiun pada 2030, dan pada 2039, mereka harus bekerja setidaknya 20 tahun untuk memenuhi syarat mendapatkan tunjangan pensiun. Langkah ini dilakukan karena dana pensiun Beijing diperkirakan akan habis.
Baca Juga: Ini Alasan Justin Hubner Dicoret Timnas Indonesia Jelang Hadapi Bahrain dan China
Pada 2019, Chinese Academy of Social Sciences memperingatkan potensi menipisnya dana pada 2035, bahkan sebelum pandemi COVID-19 memperburuk ekonomi.
"Pemerintah tidak punya banyak pilihan karena kekurangan signifikan dalam sistem jaminan sosial," kata Yi. Meskipun menaikkan usia pensiun mungkin membantu dalam jangka pendek, Yi menyebut langkah ini seperti menunda "bom waktu."