PM Baru Jepang Bubarkan Parlemen, Kenapa?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Okt 2024, 06:30
Deddy Setiawan
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Anggota parlemen Jepang pada Selasa (1/10/2024) memilih Shigeru Ishiba sebagai perdana menteri baru negara itu, menggantikan Fumio Kishida. Anggota parlemen Jepang pada Selasa (1/10/2024) memilih Shigeru Ishiba sebagai perdana menteri baru negara itu, menggantikan Fumio Kishida. (Dok.Antara)

Ntvnews.id, Tokyo - Perdana Menteri Jepang yang baru, Shigeru Ishiba, membubarkan parlemen pada Rabu, 9 Oktober 2024, menjelang pemilihan umum (pemilu) dini yang dijadwalkan pada 27 Oktober mendatang. Ishiba menyatakan keinginannya untuk menghadapi pemilu lebih cepat agar pemerintahannya dapat memperoleh kepercayaan publik.

Partai Demokratik Liberal (LDP), yang kini dipimpin oleh Ishiba dan telah berkuasa di Jepang selama beberapa dekade dengan sedikit gangguan meskipun pemimpin sering berganti, diprediksi akan meraih kemenangan hampir pasti.

Dilansir AFP dari Kamis, 10 Oktober 2024, Ishiba, yang baru menjabat sebagai PM Jepang sejak pekan lalu, ingin memperkuat mandatnya di parlemen untuk mendorong kebijakan yang mencakup peningkatan belanja pertahanan dan membantu wilayah-wilayah yang terkena dampak krisis demografi di Jepang.

Baca Juga: Kompetitif di FP 1 MotoGP Jepang, Marc Marquez Sudah Tidak Berambisi Kejar Gelar Juara Musim Ini

"Kami ingin menghadapi pemilu ini dengan adil dan tulus, sehingga pemerintah mendapatkan kepercayaan (publik)," kata Ishiba dalam pernyataannya kepada wartawan pada Rabu (9/10) waktu setempat.

Ketua parlemen Jepang membacakan surat dari PM Ishiba yang bertanda tangan Kaisar Jepang pada Rabu, 9 Oktober yang secara resmi membubarkan parlemen saat anggota parlemen meneriakkan seruan tradisional "banzai."

Pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Fumio Kishida selama tiga tahun menghadapi angka kepuasan publik yang rendah akibat skandal dana gelap dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kenaikan harga.

Jajak pendapat pekan lalu menunjukkan angka persetujuan publik terhadap kabinet Ishiba berkisar antara 45-50 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka untuk bulan-bulan terakhir pemerintahan Kishida yang hanya mencapai 20-30 persen.

Para pendukung Ishiba berharap PM baru ini dapat meningkatkan popularitas LDP, termasuk dengan mendorong generasi muda untuk memberikan suara mereka.

Baca Juga: Penyanyi Jepang Sayuri Meninggal Dunia di Usia 28 Tahun

Profesor ilmu politik di Universitas Tokyo, Yu Uchiyama, menilai Ishiba ingin menguji kekuatan partainya sebelum masa "bulan madu politiknya" berakhir dengan membubarkan parlemen lebih awal.

"Masuk akal jika dia ingin menggelar pemilu dini segera setelah 'wajah' partainya berubah, sementara momentumnya masih ada," ucapnya kepada AFP.

Uchiyama menambahkan bahwa Ishiba juga berupaya membuat kekuatan oposisi tidak berdaya, mengingat rival-rival LDP masih ragu tentang bagaimana berkoordinasi satu sama lain dalam pemilu dini.

Namun, keputusan Ishiba untuk menggelar pemilu dini secepat ini juga mendapat kritik karena dianggap bertentangan dengan janjinya untuk memprioritaskan kolaborasi dengan oposisi di parlemen.

Beberapa pemilu dipandang sebagai indikasi mengecewakan bahwa Ishiba "menyerah pada tekanan partainya" untuk membubarkan parlemen demi keuntungan politik.

 

x|close