Profil Budiman Sudjatmiko, Calon Menteri yang Dipanggil Prabowo

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Okt 2024, 17:21
Alber Laia
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Budiman Sudjatmiko Budiman Sudjatmiko (Ntvnews.id)

Ntvnews.id, Jakarta - Budiman Sudjatmiko, lahir pada 10 Maret 1970 di Majenang, Cilacap Barat, adalah sosok yang tak asing di dunia aktivisme dan politik Indonesia.

Ia dikenal sebagai seorang aktivis reformasi, politikus, dan juga pemeran, yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan masyarakat melalui berbagai inisiatif dan gerakan.

Baca Juga:

Usai Ketemu Prabowo, Dudung Abdurachman: Saya Fokus Strategi Pertahanan

Arrmanatha Nasir Sambangi Kediaman Prabowo, Bahas Situasi Global

Berikut profil singkatnya.

Budiman adalah anak pertama dari pasangan Wartono Sudjatmiko dan Sri Sulastri, dan tumbuh dalam lingkungan yang kaya nilai-nilai keagamaan.

Budiman Sudjatmiko. <b>(Dok.Istimewa)</b> Budiman Sudjatmiko. (Dok.Istimewa)

Masa kecilnya dihabiskan di Bogor, di mana ia menempuh pendidikan di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Cilacap dan SMA Negeri 5 Bogor, sebelum berpindah ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Meski sempat menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, ia memilih untuk terjun ke dunia aktivisme dan tidak menyelesaikan kuliahnya.

Setelah masa penjara, Budiman kembali melanjutkan pendidikan di SOAS, Universitas London, dan meraih gelar Master dalam Hubungan Internasional dari Universitas Cambridge.

Karier

Budiman mulai aktif dalam gerakan sosial sejak di SMP, terlibat dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah saat di SMA.

Keterlibatannya di Fakultas Ekonomi UGM membawa ia ke dalam gerakan mahasiswa yang lebih luas, yang mendorongnya untuk menjadi community organizer.

Dalam perannya ini, ia melakukan pemberdayaan politik, organisasi, dan ekonomi di kalangan petani dan buruh perkebunan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pada tahun 1996, Budiman mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD), sebuah langkah yang mengukuhkan komitmennya terhadap demokrasi dan reformasi.

Namun, pendirian partai ini membawa konsekuensi besar, ia ditangkap dan divonis 13 tahun penjara oleh rezim Orde Baru, terkait dengan Peristiwa 27 Juli 1996, di mana ia dituduh sebagai dalang insiden penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Meskipun divonis berat, ia hanya menjalani hukuman selama tiga setengah tahun sebelum dibebaskan.

x|close