Pengamat Politik Ujang Komarudin Harap Menteri Prabowo Punya Integritas, Loyalitas dan Leadership yang Kuat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Okt 2024, 10:30
Adiantoro
Penulis & Editor
Bagikan
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin saat menjadi narasumber dalam program dialog Breaking News di Nusantara TV, Rabu (16/10/2024). Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin saat menjadi narasumber dalam program dialog Breaking News di Nusantara TV, Rabu (16/10/2024).

Ntvnews.id, Jakarta - Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin berharap para kandidat calon menteri atau wakil menteri yang dipilih masuk kabinet Presiden Terpilih dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka adalah sosok yang bisa bekerja. 

"Ini sifatnya analisa atau masukan untuk Pak Prabowo agar skema yang dibuat adalah para menteri ini betul-betul menteri yang bisa bekerja, atau sesuai dengan harapan Pak Prabowo," ujar Ujang saat menjadi narasumber dalam program dialog Breaking News di Nusantara TV, Rabu (16/10/2024).

Dia juga memberikan pandangannya mengenai kriteria menteri yang layak menduduki kabinet Prabowo-Gibran. Ujang menyebutkan, Prabowo selalu mengatakan jika pemerintahannya tidak akan korupsi. 

Selain itu, para menteri atau wakil menteri tidak boleh bermain-main dengan APBN/APBD. Hal itulah, kata Ujang, yang membuat Prabowo melakukan pembekalan pada hari ini di Hambalang, Bogor, Jawa Barat (Jabar).

"Yang harus saya sampaikan, pertama, yakni mereka harusnya figur, tokoh, baik partai maupun non partai yang memiliki integritas tinggi. Jadi korupsi itu soal integritas, soal kejujuran. Penyakit kita bersama ini disini, yakni soal integritas. Kita ini mohon maaf sangat minim integritasnya. Oleh karena itu, korupsinya dimana-mana. Tengok kanan-kiri, atas-bawah korupsi," sebut Ujang.

"Kita lihat dan kita nilai apakah yang dipanggil kemarin itu betul-betul orang berintegritas. Ini biar rakyat yang menilai. Mohon maaf ada beberapa calon menteri dan wakil menteri punya masalah di masa lalu terkait dengan persoalan hukum. Ini menjadi catatan dan koreksi kita bersama," tambahnya.

Kedua, ungkap dia, jika Prabowo ingin membangun kabinet yang kuat maka dibutuhkan figur yang ahli. Sosok kepakarannya teruji, dan memiliki keahlian yang mumpuni. Sehingga betul-betul mampu membuat sebuah perubahan di kementerian tersebut.

"Jadi kalau suatu urusan tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Jadi kalau kementeriaan itu tidak dipimpin oleh orang yang betul-betul ahli, ya tunggu saja kehancuran kementerian itu," ucapnya.

Menurutnya, keahlian menjadi yang utama selain integritas. Karena skema yang dibangun Prabowo adalah ingin menghadirkan kabinet yang kuat.

"Ketiga, yakni soal loyalitas. Biasanya menteri-menteri dari partai itu loyalitasnya ganda. Artinya, loyal kepada presiden yang memilihnya atau yang melantiknya, lalu loyal juga kepada partai politik," imbuhnya.

Ujang menilai, seharusnya ketika sudah menjadi menteri, maka hidupnya harus dihibahkan paling tidak lima tahun kedepan untuk loyalnya tunggal, yakni hanya kepada presiden.

"Karena menteri dan wakil menteri adalah pembantu presiden, bukan lagi memberikan setoran-setoran, mendapatkan tekanan untuk setor kepada partai politik, jangan lagi seperti itu," terangnya.

Keempat, lanjut Ujang, para menteri harus memiliki leadership yang kuat. "Leadership kalau saya maknai adalah mereka atau tokoh, figur yang mampu membawa lokomotif perubahan."

"Kementeriaan itu banyak yang korup, maka kalau dia punya jiwa kepemimpinan atau leadership kuat, maka mereka rubah tuh. Tadinya korup, jadi tidak, tadinya lembek jadi bagus. Birokrasi yang tadinya letoy jadi bersemaangat. Leadership menjadi penting bagi siapapun, termasuk bagi para menteri, karena memimpin birokrasi itu tidak semudah yang dibayangkan," kata Ujang.

Kelima, sebut Ujang, yakni menteri atau individu yang memiliki karakter dekat ke masyarakat, dan sering turun ke lapangan, tetapi di saat yang sama juga punya komunikasi yang bagus ke atas.

"Jangan lagi ada menteri-menteri sebelumnya yang mendapatkan kritik dari tokoh bangsa, oleh Pak JK (Jusuf Kalla) yang mengatakan menteri tidak pernah ngantor, tidak pernah turun. Lalu kemana aja? Ini menjadi persoalan," imbuhnya.

"Oleh karena itu, saya melihat lima hal ini paling tidak harus menjadi pertimbangan. Saya memberikan masukan untuk bisa menilai sosok, figur, yang dipanggil itu apakah berintegritas, punya kapasitas, loyalitas, punya leadership, dekat dengan rakyat atau kalangan atas, itu menjadi penting bagi saya," tukas Ujang.

 

x|close