Ntvnews.id, Pyongyang - Korea Utara meledakkan beberapa ruas jalan dan rel kereta antar-Korea di wilayah perbatasannya yang memicu respons dari militer Korea Selatan dengan melepaskan tembakan peringatan.
Dikutip dari KCNA, Rabu, 16 Oktober 2024, Pyongyang telah mengumumkan niatnya untuk sepenuhnya memutus jalur jalan dan rel kereta yang menghubungkan kedua Korea. Negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un ini juga semakin memperkuat pertahanan di perbatasannya, sebagai bagian dari upayanya untuk mendorong sistem "dua negara" yang menggagalkan penyatuan Korea.
Menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, beberapa ruas jalan dan rel kereta di wilayah utara yang menghubungkan ke Korea Selatan dihancurkan sekitar tengah hari pada Selasa.
Baca Juga: Memanas! Tentara Korea Utara Siap Siaga Tembak Korsel
Kementerian Penyatuan Seoul, yang mengelola urusan lintas-perbatasan, mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap perjanjian antar-Korea yang telah disepakati. Mereka menyebut langkah ini sebagai tindakan "sangat tidak normal."
"Sangat menyedihkan bahwa Korea Utara berulang kali melakukan perilaku regresif seperti itu," kata juru bicara kementerian, Koo Byoung-sam, dalam sebuah pernyataan kepada media, dikutip dari Reuters.
Militer Korea Selatan merilis video yang memperlihatkan ledakan besar dan gumpalan asap yang membubung di atas jalan yang dihancurkan, di mana Korea Utara memasang penghalang hitam. Video tersebut juga memperlihatkan sejumlah truk sampah dan alat berat bergerak dengan sekelompok pejabat militer Korea Utara mengawasi dan mengarahkan operasi.
Sebagai respons, militer Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan di sisi selatan garis demarkasi militer, meskipun tidak ada kerusakan yang terjadi di wilayah perbatasan Korea Selatan.
Baca Juga: Korea Selatan Lirik Garap Proyek Tol Bawah Laut di IKN
Ketegangan semakin meningkat setelah pekan lalu Korea Utara menuduh Seoul mengirimkan pesawat tanpa awak yang menyebarkan sejumlah besar selebaran anti-Korea Utara di Pyongyang.
Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un, memperingatkan bahwa Korea Selatan akan "membayar harga yang mahal" atas tindakan tersebut.
Pemerintah Korea Selatan enggan mengungkapkan apakah militer atau warga sipil yang bertanggung jawab atas pengiriman pesawat tanpa awak itu.
Selain itu, kedua Korea juga berselisih mengenai peluncuran balon berisi sampah sejak Mei dari Korea Utara, yang diduga merupakan respons terhadap balon serupa yang dikirim oleh aktivis anti-rezim dari Korea Selatan.
Ketegangan ini mencerminkan hubungan kedua negara yang masih tegang dan berada dalam status perang, karena Perang Korea 1950-1953 berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.