Melihat Grasberg: Salah Satu Tambang Emas Terbesar di Dunia pada Puncak Tertinggi RI

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Okt 2024, 08:30
Moh. Rizky
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Kawasan tambang Grasberg yang dioperasikan PTFI. Kawasan tambang Grasberg yang dioperasikan PTFI.

Ntvnews.id, Jakarta - Papua Football Academy (PFA) dan sejumlah wartawan diberi kesempatan mengunjungi tambang Grasberg yang dioperasikan PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Selasa (22/10/2024). Lokasi tambang emas dan tembaga itu, berada pada ketinggian 4.285 di atas permukaan laut (MDPL).

Butuh perjuangan ekstra agar dapat sampai ke lokasi yang suhunya berkisar 15-18 derajat celcius, hingga terkadang diselimuti salju itu.

Salah satunya harus melakukan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit (RS) Tembagapura. Pemeriksaan kesehatan yang utama ialah, pengecekan tekanan darah. Ada batasan tekanan darah yang ditentukan bagi semua orang termasuk tamu, yang hendak mendatangi Grasberg. Lalu ada sejumlah syarat kesehatan lainnya yang juga harus dipenuhi.

Sebelum berangkat ke lokasi alat pelindung diri (APD) juga wajib dikenakan. APD berupa rompi, sepatu bot dan helm, dipakai sebelum naik ke bus yang jadi transportasi umum di area pertambangan PTFI.

"Begini ya perjuangan orang-orang yang kerja di sini. Setiap hari harus pakai ini (APD)," ujar Pelatih Kepala PFA, Ardiles Rumbiak.

Selain udara dingin, hujan mengiringi perjalanan dari Tembagapura menuju Grasberg. Guyuran air hujan khususnya hujan rintik, memang biasa melanda wilayah itu.

"Cuaca di sini normalnya ya gini. Tapi tenang, hujannya nggak bikin sakit, cuma bikin basah," kata Karel Luntungan, media relation PTFI Papua.

PFA dan awak media berkunjung ke Grasberg. PFA dan awak media berkunjung ke Grasberg.

Bus akhirnya berangkat dari rumah tempat menginap rombongan di Tembagapura, menuju Grasberg. Bus yang mirip truk hasil modifikasi itu, lantas melaju ke atas kawasan pegunungan.

Sepanjang perjalanan, bus berjalan diiringi pemandangan sekitar yang diselimuti kabut. Selama perjalanan, media relation PTFI menjelaskan berbagai hal atau sejumlah lokasi yang dilalui rombongan, termasuk ketika melintasi terowongan nyaris sepanjang 1 kilometer yang hanya bisa dilalui kendaraan satu arah secara bergantian. Kami juga diperlihatkan tempat-tempat operasional tambang.

"Nanti di Grasberg oksigen tipis. Akibatnya bisa agak keliyengan, pusing," tutur Karel.

Selang beberapa puluh menit berselang, bus akhirnya tiba di titik dimana rombongan harus turun. Sebab harus melanjutkan perjalanan menggunakan tram atau kereta gantung. Melalui tram, kami terbantu naik ke atas dari ketinggian sekitar 2.836 MDPL, menuju ketinggian 3.574 MDPL. Tram ini memiliki lintasan sepanjang sekitar 1.594 meter.

Meski demikian, usai tiba di terminal tram yakni Terminal EB dari Terminal 74, perjalanan rupanya belum berakhir. Rombongan harus sedikit berjalan, untuk kemudian kembali menumpang bus. Usai perjalanan belasan menit, rombongan akhirnya tiba di Grasberg.

Tram untuk menuju Grasberg. Tram untuk menuju Grasberg.

"Nanti kalau foto-foto usahakan jangan sendiri. Sebab jika ada apa-apa lebih aman, ada yang bisa menginformasikan," kata Karel.

Di Grasberg, berbagai spot foto banyak hadir. Mulai dari kendaraan yang digunakan untuk operasional tambang, tulisan yang menunjukkan lokasi dan ketinggiannya, hingga jejak galian tambang. Wilayah itu selayaknya tempat wisata.

Namun sayang, bekas galian tambang Grasberg yang terdapat pada kawah, tertutup kabut. Sehingga pemandangannya yang terkenal itu tak nampak.

Ardiles mengaku senang akhirnya bisa tiba di Grasberg. Ia mendapatkan pelajaran selama perjalanan hingga akhirnya tiba di lokasi salah satu tambang emas terbesar di dunia itu.

"Ternyata begini perjuangan Freeport cari uang sampai akhirnya turut dinikmati masyarakat Papua, termasuk PFA," kata Ardiles.

Atas kontribusi PTFI terhadap masyarakat, khususnya kepada anak-anak Papua yang tergabung dalam PFA, Ardiles menghaturkan ucapan terima kasih. Tak lupa ia mendoakan perusahaan itu dan orang-orang di dalamnya.

"Terima kasih kontribusi PT Freeport Indonesia dan juga segenap karyawan PT Freeport Indonesia yang selama ini bekerja dengan baik. Kami berdoa semoga selalu dalam perlindungan Tuhan untuk ada hal yang baik, menjadi berkat untuk kami di Papua Football Academy," jelas mantan pemain Persipura itu.

Kawasan tambang bawah tanah PTFI. Kawasan tambang bawah tanah PTFI.

Adapun selain ke Grasberg, PTFI juga membawa rombongan ke tambang bawah tanah di Gunung Bijih Timur atau Ertsberg. Tambang tersebut berada di 1.760 meter di bawah permukaan tanah. PFA dan awak media juga diajak untuk melihat ruang kontrol yang mengendalikan aktivitas penambangan secara canggih, yakni menggunakan robot. Penggunaan robot dilakukan guna mencegah resiko terburuk saat menambang.

Menurut Claus Wamafma, Direktur & Executive Vice President (EVP) Sustainable Development PTFI, pihaknya senang dengan kehadiran PFA ke Tembagapura dan kawasan tambang. Sebab, dengan begitu mereka menjadi lebih memahami bagaimana Freeport mencari pendapatan yang akhirnya turut dirasakan anak-anak Papua yang ada pada Akademi, serta masyarakat luas lainnya.

Diketahui, PFA hadir menindaklanjuti keinginan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), yang ingin agar talenta muda Tanah Papua dikembangkan PTFI.

"Anak-anak sudah datang ke Tembagapura melihat bagaimana Freeport mendapatkan dana dari hasil kerja kita menambang, dari hulu sampai ke hilir," ujar Claus, Rabu (23/10/2024) malam.

PTFI bersama PFA. PTFI bersama PFA.

Lebih lanjut, PTFI juga mengapresiasi capaian maupun prestasi PFA sejauh ini. Perseroan menegaskan akan terus mendukung Akademi dengan Direktur Wolfgang Pikal tersebut, ke depannya. PTFI mendukung kehadiran angkatan-angkatan selanjutnya pada PFA. Saat ini, PFA memiliki tiga angkatan yakni angkatan anak didik yang memiliki tahun kelahiran 2009, 2010 dan 2011. Untuk 2009, angkatan tersebut telah lulus dari PFA.

"PT Freeport Indonesia committed untuk terus mendukung akademi sepak bola untuk talenta-talenta baru yang bisa dihasilkan di Tanah Papua," tandas Claus. 

x|close