Ntvnews.id, Jakarta - Ribuan santri dari sejumlah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berkumpul di Markas Polda DIY, Sleman, Yogyakarta, pada Selasa, untuk mendesak penyelesaian kasus penusukan dua santri Ponpes al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang terjadi pada Rabu (23/10).
Para peserta aksi terdiri dari santri pondok pesantren, jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY, PW Ansor DIY, Muslimat, Fatayat, serta IPNU-IPPNU. Mereka mulai tiba sekitar pukul 09.00 WIB dengan menggunakan sepeda motor dan bus.
"Kami mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap semua pelaku, memprosesnya secara hukum, dan menyeretnya ke pengadilan guna mempertanggungjawabkan perbuatan mereka," ujar koordinator aksi Abdul Muiz saat menyampaikan orasinya di halaman Mapolda DIY.
Di samping itu, Muiz juga mengusulkan agar Perda DIY terkait pengendalian, pengawasan minuman beralkohol, serta pelarangan minuman oplosan segera dikaji ulang dan diperbarui.
"Agar lebih efektif dalam mencegah tindak kriminal yang disebabkan oleh konsumsi miras," ungkap Ketua PW Ansor DIY tersebut.
Di hadapan massa aksi, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan menyatakan dirinya bertanggung jawab penuh atas penyelesaian kasus tersebut.
"Kejadian kemarin sungguh mengagetkan kami, dan yang pertama saya menyampaikan rasa simpati dan perasaan menyesal atas peristiwa itu dan saya menyatakan tanggung jawab atas peristiwa tersebut," tutur Suwondo.
Santri di Polda DIY (Antara)
Suwondo menjelaskan bahwa pada tahap awal penanganan setelah kejadian, pihak kepolisian berhasil menangkap dua orang pelaku, dan jumlah ini kemudian bertambah menjadi lima orang. Dari hasil pemeriksaan terhadap kelima orang tersebut, pada Senin malam (28/10), pihaknya kembali menangkap seseorang yang diduga mengumpulkan para pelaku.
"Dan yang lebih alhamdulillah, pelaku yang melakukan penusukannya tertangkap tadi malam pukul 23.00 WIB," tambahnya.
Terkait detail penanganan kasus tersebut, Suwondo berjanji akan segera menyampaikan informasi melalui konferensi pers pada Selasa (29/10) sore.
"Kami tidak bisa langsung rilis, masih ada prosedur yang harus dilalui karena ini menyangkut nasib orang. Kami perlu waktu, dan kami janji, nanti sore akan kami rilis para pelakunya," katanya.
Ketua PWNU DIY KH. Zuhdi Muhdlor menjelaskan bahwa kehadiran ribuan santri ke Polda DIY bukan untuk menunjukkan kekuatan, melainkan sebagai bentuk dukungan kepada kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus penusukan dua santri.
"Kita bukan untuk 'show of force', tapi 'show of love' kepada Pak Kapolda. Terima kasih sekali Pak Kapolda dan jajaran kepolisian di DIY yang telah memenuhi tuntutan-tuntutan kita," ucapnya.
Zuhdi menyatakan bahwa kasus penusukan dua santri Ponpes Krapyak ini menjadi peristiwa menyakitkan di tengah peringatan Hari Santri 2024. Namun, ia mengapresiasi respon cepat jajaran Polda DIY yang sigap menangkap satu per satu pelaku yang diduga terlibat dalam insiden penusukan tersebut.
Santri di Polda DIY (Antara)
"Kami berterima kasih atas penangkapan para pelaku dan kami siap bekerja sama untuk proses selanjutnya. Kepada Gubernur DIY, kami menyampaikan terima kasih atas respon cepat dalam koordinasi dengan Pemkab dan Pemkot," ujarnya.
Aksi damai tersebut diakhiri dengan pembacaan selawat, doa bersama, sumpah pemuda, dan massa aksi membubarkan diri secara tertib. Diketahui bahwa insiden penusukan ini terjadi pada Rabu (23/10) di Jalan Prawirotaman, Mergangsan, Yogyakarta.
Kasi Humas Polresta Yogyakarta AKP Sujarwo mengungkapkan bahwa insiden itu berawal ketika sekitar 25 remaja berkumpul di kawasan tersebut. Saat itu, kelompok remaja tersebut sedang mengonsumsi minuman keras di sebuah kafe yang terletak di sisi timur Jalan Parangtritis, Brontokusuman, Yogyakarta.
Kemudian, beberapa anggota kelompok tersebut mendatangi seorang pedagang sate dan melakukan penusukan dengan senjata tajam terhadap pembeli sate. Usai insiden itu, kelompok tersebut segera meninggalkan lokasi.
Akibat penusukan ini, dua santri Pondok Pesantren Krapyak mengalami luka. Korban pertama berinisial SF (19), santri asal Rembang, Jawa Tengah, mengalami luka robek di perut kiri dan mendapatkan tiga jahitan. Korban kedua berinisial MA (23), santri asal Pati, Jawa Tengah, mengalami luka pada kepala, tangan, dan kaki akibat hantaman benda keras.