Indonesia Bakal Gabung BRICS, DPR Ingatkan Ini

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Okt 2024, 08:10
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
BRICS BRICS (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Indonesia berencana untuk bergabung dengan aliansi ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) Plus. Rencana ini disambut baik oleh banyak pihak, termasuk DPR RI, karena dinilai bisa membuka berbagai peluang strategis, terutama dalam konteks geopolitik global.

Anggota Komisi I DPR, Sukamta, menilai bahwa keanggotaan di BRICS tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga dari sisi geopolitik.

“Di tengah ketegangan geopolitik global dan persaingan ekonomi antar negara besar, Indonesia perlu menjaga keseimbangan,” ujar Sukamta di Kompleks Parlemen Senaya, Selasa, 29 Oktober 2024.

Baca Juga: Indonesia Minta Gabung BRICS, Ini Respons DPR

Menteri Luar Negeri Sugiono sebelumnya mengumumkan bahwa Presiden Prabowo Subianto mengutusnya untuk menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pekan lalu. Indonesia kini menunggu keputusan dari anggota BRICS terkait proposal keanggotaan yang diajukan.

Sukamta melanjutkan, jika Indonesia bergabung dengan BRICS, hal ini akan memungkinkan negara untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang sambil mempertahankan kemitraan strategis dengan negara Barat.

“Langkah ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, serta memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global,” tambahnya.

Menurut Sukamta, Indonesia perlu terus memperluas kerjasama internasional dan meningkatkan perannya di forum-forum ekonomi dunia. Bergabung dengan BRICS akan memberikan peluang besar, namun Indonesia juga harus menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan mitra-mitra tradisionalnya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.

“Ini penting agar kita bisa memaksimalkan manfaat dari berbagai kerjasama yang ada,” jelasnya.

Dia juga menyoroti beberapa peluang yang dapat diperoleh Indonesia jika bergabung dengan BRICS, termasuk peningkatan investasi asing, terutama dari negara-negara seperti China dan India.

“Ini juga membuka jalan untuk transfer teknologi dan inovasi yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur dan industri dalam negeri,” kata Sukamta.

BRICS dianggap mewakili pasar ekonomi global yang berkembang pesat. Dengan bergabung, Indonesia akan mendapatkan akses ke pasar-pasar non-tradisional seperti Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: KTT BRICS 2024, Putin Tantang AS dan Barat

“Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Barat, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujarnya.

Selain itu, BRICS memiliki lembaga keuangan seperti New Development Bank (NDB) yang dapat menjadi alternatif pendanaan bagi proyek-proyek besar di Indonesia, seperti infrastruktur dan energi.

“Dengan keanggotaan ini, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada lembaga keuangan internasional yang didominasi oleh Barat,” ungkap Sukamta.

Dia juga mengatakan bahwa keanggotaan di BRICS Plus memungkinkan Indonesia untuk berperan lebih besar dalam pembuatan kebijakan global, khususnya di bidang ekonomi dan politik internasional. Meskipun begitu, Sukamta mengingatkan bahwa Indonesia harus tetap memainkan peran yang cerdas di dalam BRICS, tanpa mengabaikan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik dengan negara-negara Barat.

Perbedaan visi dan kepentingan di antara anggota BRICS Plus bisa menjadi hambatan dalam mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Sukamta menekankan bahwa Indonesia harus berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri bebas dan aktif, yang menjadi landasan diplomasi negara.

Keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS juga mendapat tanggapan positif dari negara-negara anggota, termasuk Rusia sebagai inisiator. Selain Indonesia, ada 12 negara lain yang telah menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS Plus, termasuk Aljazair, Belarus, dan Malaysia.

Sukamta menekankan bahwa langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS Plus harus dipandang sebagai upaya memperluas kerjasama, bukan untuk berpihak pada salah satu blok.

"Indonesia harus tetap menjadi jembatan dialog antar kekuatan dunia, baik di Timur maupun Barat, agar keanggotaan di BRICS Plus bisa dimanfaatkan secara optimal," tutupnya.

 

x|close