Ntvnews.id, Washington DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berusaha menjadi mediator antara Israel dan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon, di tengah berlanjutnya pertempuran antara kedua pihak. Washington sedang merancang proposal untuk mengakhiri konflik, yang dimulai dengan rencana gencatan senjata selama 60 hari di Lebanon.
Dilansir dari Al Arabiya, Kamis, 31 Oktober 2024, usaha AS ini diinformasikan oleh dua sumber yang mengetahui tentang proses perundingan yang sedang berlangsung. Sumber-sumber tersebut mencakup seorang individu yang mendapatkan penjelasan mengenai negosiasi tersebut dan seorang diplomat senior yang bertugas di Lebanon.
Keduanya menjelaskan kepada Reuters bahwa periode dua bulan gencatan senjata tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan penerapan penuh Resolusi 1701 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang diadopsi pada tahun 2006 untuk menjaga wilayah selatan Lebanon bebas dari senjata yang tidak dimiliki oleh Angkatan Bersenjata Lebanon.
Baca Juga: Israel Lancurkan Serangan Udara ke Lebanon, 19 Orang Tewas
Hingga kini, Kedutaan Besar AS di Lebanon belum memberikan tanggapan terkait laporan ini.
Resolusi 1701 telah menjadi dasar perundingan untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai sejak tahun lalu bersamaan dengan perang di Jalur Gaza. Pertempuran di selatan Lebanon meningkat pesat dalam lima pekan terakhir.
Utusan kepresidenan AS, Amos Hochstein, yang sedang menyusun proposal terbaru, menyatakan kepada wartawan di Beirut awal bulan ini bahwa diperlukan mekanisme pelaksanaan yang lebih efektif, karena baik Israel maupun Lebanon belum sepenuhnya mengimplementasikan resolusi tersebut.
Diplomat senior dan sumber yang memahami proses perundingan ini juga mengungkapkan kepada Reuters bahwa gencatan senjata selama 60 hari menggantikan proposal sebelumnya yang diajukan AS dan beberapa negara lain, yang mengusulkan gencatan senjata 21 hari sebagai langkah awal untuk penerapan Resolusi 1701.
Namun, kedua sumber tersebut memperingatkan bahwa kesepakatan masih mungkin gagal tercapai.
"Ada usaha serius untuk mencapai gencatan senjata, tetapi itu masih sulit untuk direalisasikan," kata diplomat senior yang tidak ingin disebutkan namanya.