Ntvnews.id, Pyongyang - Korea Utara dilaporkan telah meningkatkan keamanan untuk pemimpin mereka, Kim Jong Un, yang khawatir akan adanya ancaman pembunuhan. Dalam beberapa waktu terakhir, pengamanan di sekitar Kim Jong Un dikatakan mengalami peningkatan.
Dilansir dari Yonhap, Senin, 1 November 2024, informasi ini disampaikan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) setelah NIS mempresentasikan hasil penilaiannya dalam sesi audit parlemen.
Audit parlemen tersebut berlangsung tertutup. Namun, dua anggota parlemen Korea Selatan, yakni Lee Seong Kweun dari Partai Kekuatan Rakyat dan Park Sun Won dari Partai Demokrat, membagikan hasil penilaian NIS tersebut kepada publik.
Baca Juga: Ini Pesan Mengerikan Kim Jong Un untuk Korea Selatan
Menurut kedua anggota parlemen tersebut, otoritas Korea Utara telah meningkatkan keamanan di sekitar Kim Jong Un akibat potensi ancaman pembunuhan terhadapnya.
Kedua anggota parlemen itu mengungkapkan bahwa Pyongyang kini menggunakan kendaraan yang mampu mengganggu komunikasi serta melakukan deteksi drone.
NIS juga menginformasikan bahwa meskipun ada kekhawatiran keamanan, Kim Jong Un telah tampil di hadapan publik sebanyak 110 kali sepanjang tahun ini—naik sekitar 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Hong Min, peneliti senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional (KINU), insiden munculnya drone Korea Selatan di wilayah Pyongyang baru-baru ini mungkin memperburuk kekhawatiran Kim Jong Un tentang keselamatannya.
Baca Juga: Kim Jong Un Turun Gunung untuk Awasi Uji Coba Senjata Mengerikan Ini
Selain itu, peningkatan pengintaian oleh Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat, juga turut berkontribusi pada "perasaan rentan" yang dirasakan Kim Jong Un, tambah Hong Min.
Peneliti utama di Institut Analisis Pertahanan Korea (KIDA), Lee Choongkoo, berpendapat bahwa perkembangan dalam peperangan modern telah mendorong Pyongyang untuk lebih fokus pada upaya perlindungan terhadap pemimpinnya.
"Kim Jong Un mungkin menjadi figur paling rentan di Korea Utara dalam era peperangan presisi yang memungkinkan serangan real-time," ujarnya.
"Ini tidak selalu berarti ada ancaman pembunuhan langsung, tetapi lebih menunjukkan kesadaran atas perkembangan teknologi dalam peperangan yang semakin canggih," lanjut Lee Choongkoo.