Ntvnews.id, Jakarta - Banjir bandang yang menerjang Spanyol pada Kamis kemarin telah menewaskan 158 orang dan menimbulkan kerusakan sangat parah. Jumlah korban diprediksi bisa terus bertambah di tengah proses pencarian korban.
Sebanyak 155 orang meninggal dunia di Valencia, wilayah terdampak paling parah, menurut pemerintah daerah setempat. Namun, kematian juga dilaporkan di provinsi Cuenca, Albacete, dan Malaga.
Baca Juga: 7 Orang Israel Tewas dalam Serangan Roket Lebanon
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Margarita Robles menyatakan bahwa pihak berwenang masih belum dapat memberikan angka pasti, tetapi "banyak orang" masih dinyatakan hilang.
Banjir Bandang Terjang Spanyol (Istimewa)
Sekitar 1.000 tentara dikerahkan pada Kamis, dan prioritas utama mereka adalah menemukan orang-orang yang hilang.
“Kami tahu bahwa di tempat-tempat seperti Paiporta dan Massanassa, kemungkinan ada korban di garasi, di ruang bawah tanah yaitu orang-orang yang keluar untuk mencari kendaraan mereka,” kata Robles dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Telecinco, Jumat 1 November 2024, dilansir Antara.
Baca Juga: Raffi Ahmad Pamer Kantor Utusan Khusus Presiden, Desain Modern dan Hangat
Puncak badai terjadi pada Selasa 29 Oktober 2024, ketika curah hujan hampir satu tahun turun dalam hitungan jam, sehingga menyebabkan banjir bandang, meluapnya sungai, dan jalan-jalan di kota-kota berubah menjadi sungai yang berarus kuat.
Intensitas badai mengejutkan ribuan orang. Penduduk, banyak di antaranya pulang dari bekerja, terjebak dengan cepat di kendaraan mereka. Lainnya terjebak di rumah, tempat kerja, restoran, atau pusat perbelanjaan, menunggu penyelamatan dengan penuh harap saat air semakin tinggi.
Pemerintah Valencia mengirimkan peringatan darurat ke telepon pada Selasa malam, meminta orang-orang untuk tetap di dalam rumah atau mencari tempat yang lebih tinggi, ketika banyak kerusakan sudah terjadi.
“Alarm berbunyi saat air sudah melewati pinggang saya,” kata Joan San Saloni, seorang penduduk di kota Paiporta, kepada stasiun televisi Spanyol RTVE.
“Jika peringatan itu berbunyi lebih awal, mengingatkan untuk tidak keluar rumah, orang-orang tidak akan pergi mengambil mobil mereka... jika kami tahu, tidak akan ada begitu banyak kematian.”
Layanan darurat dengan cepat kewalahan oleh banyaknya panggilan, tidak dapat menjangkau daerah yang paling parah terkena dampak bencana. Saloni menggambarkan bagaimana dia berusaha menelepon selama berjam-jam tanpa hasil saat mendengar orang-orang berteriak minta tolong di kota.